Selasa, Maret 20, 2012

Terjebak penggemar Mama Dedeh

Sebentar lagi pemerintahan kita yang mulia, akan segera menaikkan harga BBM. Sebuah kebijakan paling yahud yang pernah ada. Naiknya harga BBM sendiri sebenarnya bukan masalah, wong paling Cuma seribu atau dua ribu perrliter. Tapi akibat dari naiknya harga itu, menimbulkan penyakit latah yang maha parah bagi dunia perdagangan. Belum juga SBY berpidato secara resmi, harga-harga sudah mendahului di depan sana. Harga kebutuhan pokok, ongkos angkot, tariff parker, semua naik. Cuma gaji yang tidak naik. Kalaupun naik, suasananya didramatisir. Pakek demo, pakek rusuh. Baru bisa naik.



Oke, sekarang gue mau ngomongin beberapa fakta tentang angkot dan biskota.


-- Supir angkot/bis, biasanya bapak-bapak , atau om-om, atau pemuda tanggung tatoan, atau dengan kata lain, mayoritas laki-laki. Tapi gak menutup kemungkinan ibu-ibu setengah baya.


--Supir angkot diharuskan menyetorkan sejumlah uang kepada bosnya, kepada istrinya, kepada tukang palak, kepada rentenir, dan kepada tukang rokok langganan. Bisa dibayangkan betapa menderitanya dia.

--Supir angkot kalau kita bayar lebih, biasanya diam. Tapi kalau kita bayar kurang, nagihnya ngajakin berantem.



--Supir angkot suka curhat kalau kita duduk di bangku depan. Tapi supir bis tidak. Kadang-kadang mereka juga suka menasehati yang baik-baik. Pernah ada supir yang mengaku suka mabok, main perempuan dan berjudi, tapi menasehati guwe supaya rajin sholat, dan selalu baca bismillah sebelum memulai mengerjakan sesuatu. Oya, guwe pernah pengen banget bacokin kapak ke kepala supir gara-gara si supir mengaku pernah meniduri 300 perempuan. Sumpah guwe enek banget dengernya.



Lalu penumpangnya, ada beberapa tipe penumpang yang selalu mewarnai angkot-angkot di Indonesia, terutama Jakarta dan sekitarnya. Kalau kalian rajin naik angkot pasti akan menemui hal-hal berikut.


--Cowok tanggung memakai jaket dengan tutup kepala. Model petinju-petinju sebelum naik ring. Tampang kusut, sok cool dan telinganya tertutup headset murahan. Tipe ini dalam dunia kedokteran gigi di sebut syndrome begeage. Biar gerah asal gaul. Bayangin aja Jakarta yang panasnya 34 derajat celcius, kuat memakai jaket. Padahal, mana ada sih angkot ber-AC?


--Ibu-ibu pulang belanja. Biasanya untuk dijual lagi dirumahnya. Karena kalau Cuma beli tempe dan cabe, tukang sayur sudah setia menunggu di ujung gang.


--Anak-anak sekolah. Biasanya abangnya (pak supir maksudnya) akan menunggu lama sebelum segrobolan ABG ini masuk angkot. Mereka sikut-sikutan dulu, ragu-ragu, dan ketika temennya masuk angkot, yang lain ikut masuk. Adegan ini terbawa kelak di kemudian hari. Mereka paling-paling Cuma jadi follower, gak ada yang jadi trade center. Mmm... maksud guwe trend setter, kan menara WTC sudah rubuh. Maksud loh?


--Pemuda yang profesinya penjahat tapi mertuanya polisi. Gak percaya? Lihat saja kaosnya, ada tulisan yang cukup seksi ; BURONAN MERTUA.


--Pensiunan atau kakek-kakek yang nyesel banget sudah jadi tua. Masih saja sesumbar soal bagaimana dia bisa menggaet sejumlah wanita. Padahal guwe yakin, kalo saja guwe geserin pantat guwe sepuluh senti saja, guwe yakin kakek itu akan dengan sukses jatuh di aspal.


--Ibu-ibu pengajian penggemar mama Dedeh. Guwe pernah terjebak di angkot dengan sepuluh orang penggemar mama Dedeh, yang masing-masing berukuran dua setengah kali badan guwe. Guwe sesak napas. Yah, mungkin, mereka penggemar mama Dedeh Unaisah, yang belum pernah masuk tivi.


--Orang-orang yang menjijikan dalam arti harfiah. Mengupil sepanjang jalan atau menggigiti sedotan. Kurasa mereka harus segera ikut kursus kepribadian di Jhon Robert Power Ranger atau semacamnya. Atau barangkali harus masuk TK lagi.


--Orang-orang yang takut kesasar. Biasanya ibu-ibu yang baru pertama kali ke daerah tersebut. Cerewet bukan main. Tanya-tanya melulu sampai supirnya marah-marah. Dan biasanya pas turun dikenakan ongkos lebih.


--Bapak-bapak yang punya pabrik rokok. Merokok terus menerus mirip mbah dukun. Gak peduli orang-orang disekitarnya terganggu. Bagi guwe, merokok adalah hak mereka, tapi merokok di angkutan umum adalah norak.


--Anak gaul seperti point no. 4. Tapi yang ini TAHANAN LP NUSAKAMBANGAN No. 374. Disini guwe bertanya-tanya, sejak kapan tahanan boleh jalan-jalan naik angkot. Seolah-olah si pemakai kaos merasa bangga menjadi tahanan. Padahal kalo saja benar, semalam saja menginap di tahanan polsek, aku rasa dia bakalan nangis kolosal.


--Masih tentang pemakai kaos., kali ini tulisannya FAKYU VERIMACH. Makudnya apa coba.


--Siswi SMA yang centilnya gak ketulungan. Dandannanya menor pisan. Seperti tante-tante garing. (ya, garing. Guwe gak salah ketik kok)


--Ibu-ibu sok alim, berjilbab tapi pakek legging. Menurutku sih sudah melewati batas. Bukankah legging itu semacam stocking yang penggunaannya sebagai pakaian dalam? Dan bukankah pakaian dalam itu adalah hak eksklusif suami-suami mereka? Bukan konsumsi umum orang-orang yang terpaksa naik angkutan umum sepertiku?


--Pengamen pakek ukulele (biasanya anak tanggung). Apapun lagunya, nadanya itu-itu saja. Suara ke monas, nada ke ancol.


--Pengamen pakek puisi. Gak ada menarik-menariknya. Mengintimidasi dengan mengaku-aku pernah dipenjara, bla...bla..bla. Pemalas level Sembilan.

--Penjual minuman dan makanan pencipta kosakata baru. TARARAHU, MARARIJON, TARARISU, ARARAKUA,KRATINDENG.... (mmm...kalian tahu kan maksudku?) atau penjual buah yang gampang putus asa. Pertama tujuh biji (maksudku buah, bukan Cuma bijinya) dijual sepuluh ribu. Beberapa menit gak ada reaksi dari pemirsa, jadi lima belas biji dijual sepuluh ribu.



Ya sudah, dengarkan pesan dari dokter gigi, gosoklah gigi sesudah makan dan sebelum tidur, dan pesan bapak Tempur Supinsil, gunakan kaki kiri untuk turun dari angkot atau bis. Jangan gunakan kaki orang lain.