Sabtu, Desember 31, 2011

Catatan Akhir tahunnya Tempur Supinsil


Sebelum membaca postingan di bawah ini, mari berdoa’a semoga di tahun yang baru ini pinsiltempur selalu diberi kelimpahan dan keberkahan dimanapun berada

Kalau seumpama Pinsiltempur itu superhero, pasti ia memiliki alter ego, seperti Clark Kent menjelma Superman, Bruce Wayne untuk Batman, Peter Parker yang jadi Spiderman.

Mereka bisa saja wartawan, pewaris tunggal sebuah kerajaan bisnis, professor, mahasiswa, atau tukang cetak culun sepertiku.

Oke, lupakan tentang super hero, karena aku bukan orang super apalagi hero, bahkan untuk versi cedalnyapun aku belum memenuhi syarat. Aku kurang supel, apalagi rajin ngomong helo.

Beok tahun baru. Banyak orang yang mempunyai resolusi untuk tahun depan. Berharap lebih baik, lebih sukses, lebih dekat Tuhan, lebih manis, disayang keluarga, dan…dan… lain-lain. Akupun demikian. Tapi nanti dulu aku ceritanya.

Tahun 2011 ini, merupakan tahun yang cukup menggergaji. Aku menemukan siapa diriku . yeah, meskipun masih terserak, masih berupa kepingan-kepingan puzzle yang perlu disusun ulang untuk bisa disebut utuh.

Menemukan kegairahan-kegairahan baru yang memesona. Menemukan batu pijakan baru yang darinya aku harus melompat tinggi-tinggi.

Entah kenapa, beberapa hari yang lalu ketika aku sholat, aku membaca surat Al-‘Ashr. Surat pendek yang menohok aku mentah-mentah. Betapa aku sudah melewatkan begitu banyak waktu berharga yang Allah berikan.

Aku ingat sebuah postingan seorang teman tentang seni melipat kertas, menggulung, meronce, mencoret-coret-coret dan seterusnya dan seterusnya dan seterusnya (*bukan salah ketik, emang sengaja) ada istilah kerennya. Apa? Pokoknya ada. Tapi seni melipat waktu, menggulung, mencoret-coret dan membiarkannya begitu saja, istilahnya apa? Sia-sia. Ya kita semua sudah menyia-nyiakan waktu yang Allah sendiri bersumpah dengan namanya.

“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan merugi (celaka), kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran.” (Al ‘Ashr: 1-3)

Tiga orang yang memperoleh pengecualian bahwa dirinya tidak merugi adalah, yang beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.

Rasa-rasanya gak ada satupun predikat diatas yang aku sandang.

Pertama, beriman. Beriman bukan sekedar percaya. Tetapi lebih dari itu. Atau dalam bahasa yang sederhana, beriman itu berarti tanggung jawab. Apakah aku sudah bertanggung jawab dengan pilihan-pilihanku terhadap ajaran nabi-Nya? Aku rasa jauh panggang dari api.

Kedua, beramal shalih, atau dalam bahasa sederhanaku, menjalankan setiap desahan nafas dengan memperhatikan kemanfaatan bagi sesama. Menyakiti hati orang gak? Orang lain tersinggung gak dengan ucapan, sikap dan tingkah laku kita? Apakah aku sudah seperti itu? Jauh.

Ketiga, saling menasihati dalam kebenaran dan sabar. Bukan sekedar bisa ngomong tentang kebenaran dan sabar, tetapi lebih dari itu,menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari. Member contoh, bahasa sederhananya. Sudahkah? Ngimpi………..

Aku bukan ahli tafsir, hanya lelaki bodoh yang digulung oleh waktu. Jadi mohon dimaafkan kalo penafsiran tentang ayat-ayat tadi ngawur blas.

Hidup memang berat, seberat hutang, sekejam ibu kota dan kalau sudah begini, yang pengen aku lakukan adalah lari dari kenyataan dengan masuk laci (*baca : mesin waktu—aku selalu membayangkan kalo laci di kantor adalah mesin waktunya dora emon) kabur ke masa-masa kecilku di kampung. Lalu terdampar di suatu pagi subuh yang dingin.

Pada situasi seperti ini, biasanya Ayah Ibuku serta nenekku sudah bangun sejak subuh, Nenekku menjerang air untuk menyeduh kopi. Jam lima pagi Ayahku menyetel radio BBC London, yang diawali dengan suara jam big ben dilanjutkan dengan music barok yang khas bunyinya (tet, titet, tetet-tetet titet begitu bunyinya, *untuk lebih mendramatisir adegan ini, silakan googling dan dengarkan lagu tersebut). Ibuku menumbuk rendaman jagung untuk dijadikan nasi makan siang. Aku bangun dengan malas-malasan setelah setengah jam pertama siaran berita BBC London berakhir dan memasuki pelajaran bahasa Inggris. Itu berarti sudah jam setengah enam pagi. Dan ibuku sudah capek menyuruhku bangun untuk shalat. Setelah bangun dan shalat, aku biasanya langsung duduk di depan perapian untuk membakar singkong atau pisang sambil minum kopi.

Itulah tujuan “melarikan diri” yang sering aku bayangkan. Aku memang bodoh. Bahkan yang seharusnya tulisan ini sudah aku posting beberapa hari yang lalu, tetapi samapai pada saat kembang api dan terompet serta petasan di luar sana bersahut-sahutan, tulisan ini masih belum jadi.

Kembali ke soal resolusi, aku tidak terbiasa menuliskan daftar panjang apa yang mesti aku capai tahun depan. Karena aku lelaki yang paling tidak konsisten di muka bumi. Jadi kalau ngomongin resolusi, mungkin aku hanya kepingin konsisten terhadap semua rencana yang telah aku susun. Segera menyelesaikan proyek rahasia yang mangkrak. Bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, dikabulkannya do’a-do’a , mengurangi ketengilan untuk, berubah menjadi lebih dewasa dan diberi kelimpahan sehat dan rejeki untuk seluruh keluarga.

Satu lagi, semoga diberi kekuatan untuk mengawal Gibran menjadi sesuai kemauan Allah. Membiarkannya mengeksplor segala hal-hal baru yang ditemuinya, lebih banyak punya waktu untuknya, dan mengajak keluarga Indonesia siapapun saja untuk mendukung terwujudnya Indonesia yang kuat melalui keluarga. Berlebihan? Aku kira tidak. Mungkin lebih berarti orang bodoh sepertiku yang bertindak sekecil apapun daripada orang pintar yang diam saja. Apalagi orang bodoh yang pasif. Ke laut aja deh.

Sepertinya aku harus segera menyelesaikan tulisan ini, sebelum jam 24.00, kalau tidak, ini akan menjadi tulisan paling lama yang pernah aku bikin.

=============================

31 des 2011

Lelaki Bodoh yang selalu gak nyambung(tulisan di atas juga gak nyambung, biarin)

Selamat Tahun Baru.

Jumat, Desember 09, 2011

coret-coret lagi



ini gambar sebagai partisipasi dalam rangka memperingati hari anti korupsi sedunia oleh Facebooknya PAKARTi



ini gambar anak dan istriku

Senin, Desember 05, 2011

ikut ngramein PAKARTI


ikut nggambar ketua PAKARTI, Jan Praba...

Email dari atjeh



From :indelias85@yahoo.co.id

To : tempursup00@yahoo.co.id

CC:

Subject : wow ketemu lagi

Assalamu’alaikum,

wow, excited, setelah mengubek-ubek dunia maya, akhirnya kutemukan juga kamu. Kenapa namamu kau ganti?

Ah ini pasti cuma nama di dunia maya. Tapi keren. Oke, jujur ini sebuah pertemuan yang direncanakan. Setelah kita sama-sama berumah tangga, jarang sekali lho kita bersilaturahmi lagi. Nomerku masih kamu simpan kan?

Baiklah, anakku sekarang sudah dua. Sudah masuk TK, gimana anakmu? Kamu masih bekerja di tempat yang dulu kan? Apa kabar istrimu? Suamiku sekarang mengajar di sebuah SMU di dekat rumah kami. Hampir enam tahun kita tidak bertegur sapa ya… oya, ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan padamu…

- Kamu masih suka bikin puisi yang ngawur dan liar?

- Kamu masih suka pake sepatu convers palsu itu lalu jalan kaki dari kebayoran lama- gramedia pondok indah hanya untuk baca komik? Entahlah itu jauh apa tidak tapi menurutku kamu terlalu pelit untuk hanya sekedar bayar ongkos bis.

- Kamu masih suka galau lalu tidur seharian dan bangun hanya untuk makan, sholat dan ngopi?

- Atau kamu tidur sehabis maghrib lalu bangun tengah malam hanya untuk ngopi lalu tidur lagi?

- Masihkah suka berteori, dan ternyata delapan puluh persen teorimu ngawur berat? Dan sialnya dulu aku begitu percaya?

- Masihkah kamu mengaku bershio kucing, kalau kutanya mengapa kamu jarang mandi? Sebab kutahu gak ada itu shio kucing. Gak ada. Gak adaaaa…

- Masihkan kamu bersemangat dan penuh gairah?

- Masihkah kegilaanmu itu kau pelihara? Mmm… menurutku, kalau kegilaanmu sudah mencapai level sakarotul maut, segeralah di rukyah…. Serius bro.

- Masihkah bosmu suka marah, karena kamu lebih serius menggambar dan corat-coret daripada serius bekerja?

- Apakah istrimu masih yang ter”mmmuah” di hatimu?

Oke, itu beberapa pertanyaan yang sebenarnya masih mengganjal dan perlu kutanyakan padamu….

Wassalam

Indelias

From : tempursup00@yahoo.co.id

To : indelias85@yahoo.co.id

CC :

Subject : RE : wow ketemu lagi

Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh…

wow, apa kabar? Wah, sejak tsunami mmm bukan, sejak kamu menikah persaan baru sekali kita berkirim kabar ya, waktu aku nikah.

Waktu itu kamu mngirim sms doa pernikahan. Hari-hariku semakin baik, tiap hari tambah ganteng, tambah sehat, tambah kaya. Bagaimana denganmu? Bagaimana mahabi? Sudah masuk TK dia? Kulihat di foto yang kau kirim. Ganteng ya.

Ngomong-ngomong soal mengubek-ubek, aku juga demikian, ada sekian kali aku tersesat. Ketika kutemukan nama di fesbuk, yang menyerempet-nyerempet namamu , pasti kau buka. Tapi aku yakin itu bukan kamu. Fotonya jelas bukan kamu. Terus nama akunnya membuat mataku perlu direbonding. Ientanchellalluwchaiankkhamoecelamanya, atau delianaluphrobertsmashblast, atau ideliaimoetchellalu luphmamalagipengencendhiri kurasa bukan kamu kan?

Ah, apakah yang tercatat di memorimu tentang aku hanya seperti itu? Padahal aku keren lho… wahahahhhahhhhahhhhahhh... salah sendir kamu mempercayai semua teoriku...

Oya, aku tinggal satu rumah dengan orang Aceh yang punya toko obat dan suka memberi oleh-oleh kopi Aceh yang enak kalo diminum panas, tapi asam kalo diminum setelah dingin. Apakah memang begitu karakter kopi Aceh?

Oke, saat ini aku lapar sangaddddd… besok aku sambung lagi, bisa juga chat… nanti aku ceritakan semuanya

Oya, istriku tetap yang ter”mmmuah’, termumumumumu… dihati :)

Wassalamu’alaikum…

Temanmu

Tempursupinsil

Jumat, Desember 02, 2011

siapa yang lebih hebat


Kecewa cita-cita sejuta umat


Hai kawan, kemarin aku, maksudnya kami dari TK Laskar Semut berkunjung ke Kidzania. Di sana kami bisa bermain peran seperti orang dewasa. Kami bisa jadi pilot, polisi, foto model, reporter TV dan lain-lain.

Kami bangun pagi-pagi dan bersemangat sekali waktu berangkat. Bahkan ada temanku yang tidak bisa tidur semalaman menunggu pagi. Alhasil di bis mereka pada mabuk. Entahlah, karena masuk angin atau kurang tidur.

Dengan kaos yang bertuliskan nama kami masing-masing, kami tampak keren. Aku diantar mama, begitu pula dengan teman-temanku, diantar mama atau papanya. Aku juga tidak lupa membawa Spirou. Kali ini mama tidak protes. Stt…aku pikir kalau aku ngambek dan tidak mau ikut, mama pasti kecewa, karena sebenarnya mama juga ingin sekali jalan-jalan.

Salah satu alasan bu guru mengajak kami ke Kidzania adalah memperkenalkan kepada kami lebih dari seratus profesi yang bisa kami pilih kelak daripada sekedar empat profesi yang selama ini menjadi idola orang tua dan leluhur kami .

Pukul sembilan pagi, kami tiba di sana. Kemudian ibu guru mulai mendaftar atau apa gitu, dan akhirnya petualanganpun dimulai. Teman- temanku mulai mengambil peran yang diinginkan. Kebanyakan sih maunya jadi polisi, pilot, atau dokter. Profesi-profesi yang menurut istilah papa : profesi yang menjadi cita-cita sejuta umat. Tapi ada juga yang ingin jadi foto model, pembaca berita, dan pegawai bank.

Karena perginya berombongan, kami mula-mula main menjadi polisi. Semua temanku sudah memakai seragam polisi. Tapi ternyata ibu guru lupa ada tiga kurcaci di kelas kami. Aku, Gibran dan Azzam. Ketika kami diukur, tinggi kami tidak memenuhi standar yang disyaratkan Kidzania. Kami kecewa, dan Gibran yang lebih kecewa. Karena setelah penolakan tadi, Gibran ngambek tidak mau main apapun. Sepanjang acara ia hanya minta digendong mamanya.

Kemudian kami main menjadi pilot, lagi-lagi aku dan Azzam di tolak. Kali ini Azzam yang paling kecewa. Ia ngambek juga, tapi masih mau jalan sendiri. Pada saat aku ingin merasakan menjadi pembalap, aku harus membuat SIM lebih dulu. Dan pada saat membuat SIM, lagi-lagi tinggi tubuhku harus di ukur.

Kalian pasti tahu hasilnya kan? Ya aku kembali ditolak. The three musketir. Maksudku tiga kurcaci yang ditolak peraturan.

Setelah puas bermain kami akhirnya kembali pulang. Teman-temanku yang puas bermain, mendapat bonus tambahan. Mereka mendapat kue-kue, susu, es krim, minuman, dan pizza. Sedangkan kami? Harus puas dengan kekecewaan. Kami kecewa, mama-mama kami juga kecewa.

Aku juga harus memberi tahumu kawan, kalau Gibran merubah cita-citanya setelah kejadian tadi. Entahlah, dia merasa kecewa pada om penjaga, peraturan Kidzania atau dikhianati tinggi tubuhnya, ia merubah cita-citanya : Polisi, diubah menjadi ; Dokter. Sepanjang perjalanan pulang berkali-kali ditanya bu guru, “ Gibran, kalau sudah besar mau jadi apa?” . “Jadi dokter!” begitu jawabnya selalu. Begitupun ketika ditanya oleh semua orang tentang cita-citanya dia selalu menjawab: Jadi dokter!

Gibran….Plis deh, itu kan masih cita-cita sejuta umat!!!!