Kamis, November 27, 2014

Shakespeare belum pernah ke Tasik

Pernah gak dibully gegara nama? Aku pernah. Namaku yang mengandung doa terbaik suka di  plesetkan dengan bodoh oleh orang-orang. Kabar baiknya, telingaku sudah terbiasa, sehingga setiap bully yang tertuju padaku, aku anggap angin. Tidak pernah masuk ke hati. Padahal hatiku seluas samudra lho. Kalo buat cuma buat angin sih cukup, apalagi buat kamu.

Ada sih orang tua yang masih suka memberi nama anaknya dengan nama-nama old skull. Nama-nama jaman kakekku, ternyata hari ini masih ada yang memakai untuk anaknya yang lahir jaman tahun dua ribu sekian-sekian. Berpeluang di bully di sekolah. Entahlah, mungkin memang mengandung doa, harapan atau cuma sekedar pengingat. Ada yang lahirnya hari Rabu, lalu diberi nama Rebo. Lahirnya bulan Maulid, diberi nama Mulud. Lahir Februari diberi nama Febri. Ada juga yang lahirnya Desember, tapi diberi nama Febri. Karena bikinnya bulan Februari.

Ada yang namanya keren kek nama pesawat, namanya Boeing. Ternyata singkatan Rebo pahing. Ada juga pas lahir baru dapat warisan tanah. Anaknya diberi nama Siti Rahayu. Siti artinya tanah, rahayu awet. Biar tanah warisannya awet. Terus tanahnya disemen.

Di Jawa Tengah, kebanyakan memakai nama Su—o, misalnya Sukarno, Suharto, Susilo, Suprapto, Sunaryo untuk laki-laki. Untuk perempuan tinggal ganti huruf ‘O’ jadi ‘I’. Atau nama Slamet dan Sugeng, nama ini sudah jadi domain publik. Ada di tiap RT di seantero Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur. Apalagi yang namanya Agus, buanyak bingit. Sorry ya gus, gus gus.

Kalau orang Jawa Barat memberi nama anak, kebanyakan namanya diulang. Depannya nama imut, belakangnya nama asli. Maman Suparman, Ajat Sudrajat, Atik Saryati, Dudung Abdullah, Ubed Zubaidah, tapi ada juga yang nekat, namanya benar-benar diulang, misalnya Herman Suherman.

Untuk di luar pulau Jawa, biasanya nama belakangnya di sematkan nama marganya. Seperti orang Batak dan Minang misalnya. Malah kadang-kadang nama aslinya jarang yang tahu. Hanya disebutin nama marganya saja.

Era tahun 2000-an, banyak orang tua muslim memberi nama anakanya dengan nama, Farhan, Fahira, Yumna, Aqilah, Zilan, Fawaz, Zidan, Salsabilah, Nabilah jeketi forti eit. Pokonya nama-nama sejenis itu. Mereka mengambilnya dari buku Nama-nama bagus untuk anak anda, harganya lima belas ribu, tapi sekarang sudah habis, download aja sih.

Ada juga yang pakai nama-nama bule. Nama bule itu sebenernya aneh untuk lidah kita. Misalnya namanya James, dieja gini ; Je-a-em-e-es, Jems. Atau George, dieja gini ; Ge-o-er-ge, Jos! Roso, roso!. Atau Angel, dieja ; A- en-ge-e-el,  Enjel.

Kalu aku pribadi sih suka nama-nama yang very very old skull gitu. Seneng nama-nama Jawa Kawi, jawa kuno, pas jamannya masuk Borobudur belum pakai karcis. Sebelum jamannya Kabupaten Jekerdah gubernurnya masih  Jan Pieterson Coen. Dulu,dulu banget. Nama-nama seperti ; Agni,Gita,Tyas, Wibi, Sigro, Rasendria,  pokoknya yang sejenis itu, dulu ada yang jual bukunya, harganya delapan belas ribu, bonus plastik item. Sekarang mah tinggal download. Guuuugel gitu.

Belakangan malah ada nama-nama oplosan. Dapat dari buku Nama-nama bagus untuk anak anda yang harganya tujuh belas ribu lima ratus. Ada versi Arab, Eropa, dan Jawa Kuno terus dioplos. Ada yang terdengar bagus, artinya bagus, ada yang terdengar konyol tapi artinya bagus atau ada yang terdengar aneh, artinya pun enggak banget. Atau nama hari lahir dan bulan lahir digabung, misalnya Tusor Segrib Blasnov. Terdengar seperti nama-nama Eropa timur. Padahal singkatan dari Sabtu sore sebelum maghrib sebelas November. Ada juga sih yang namanya ngegemesin, sengegemesin orangnya.

Kalo Shakespeare masih ngomong Apa arti sebuah nama? Suruh bangun lagi, kasih tahu, iya arti adalah sebuah nama, lengkapnya Arti Sunarti, orang Tasik.

Pinsiltempur, november yang hujan

Senin, November 24, 2014

Dongeng sebelum nangis


Sebagai bapak-bapak , aku sebenarnya selalu merasa bersalah karena gak pernah mendongeng seperti bapak-bapak di dalam film. Mendongengkan kisah pahlawan, kisah nabi, kisah-kisah teladan pada anak, kemudian anak ngantuk, diselimutin, matikan lampu, terus akunya pacaran sama istri. Eh, bukan,bukan gitu. 
Ya cerita biasa  terus anakku bilang, “Ayah, makasih udah cerita” terus aku bilang, “ oke, selamat tidur, baca do’a dulu ya”. Maunya sih gitu.

Malam ini aku mau cerita. Cerita tentang dinosaurus. Anakku menyambut antusias. Begini ceritanya ;
       “Pada suatu hari,” aku mulai cerita.
       “Ada dinosaurus kecil dan item, giginya bolong-bolong kebanyakan makan permen” kataku lagi
       “Terus ayah dinosaurus pulang dari hutan, hai dino, maukah ayah gigit tanganmu?”
        “o, boleh ayah” kata dinosaurus kecil

Terus anakku menangis gegara aku gigit beneran. Istriku mengomel, aku sibuk mendiamkan anakku yang gak mau tidur dekat aku. Jadi bapak-bapak seperti di film ternyata gagal akibat terlalu menjiwai cerita.

Besoknya aku gini ; “Ibang, ayah mau cerita lagi, pada suatu hari…”
Gak mau, nanti ayah gigit Ibang lagi!

Tangerang, hari minggu yang banyak kue dan mendungnya yang keren.

Senin, November 17, 2014

pinsiltem_Pur


Pada suatu hari, yaitu hari ini, ketika anakku tidak sedang bermain game di computer, sehingga aku bisa dengan leluasa menulis cerita ini. Akan kuceritakan padamu tentang seorang wanita. Bentar, nyalain kipas dulu. Biar sejuk.  Eh mesti ganti paragraph neh, biar enak mulainya.

Mungkin dari sekian banyak laju gelombang yang hilir mudik dikepalaku, salah satunya adalah dia. Oh, bisa saja bukan karena musuhmu pun bisa jadi berseliwearan di kepalamu. Kamu mau ngomong gitu kan? Ini lain men, dia adalah salah satu dari sekian orang yang pernah datang malam-malam lewat mimpi. Curang dia. Aku melihatnya dalam bahaya, tapi seolah-olah dia menganggap tidak terjadi apa-apa. Di dalam mimpi aku meneriakan namanya dengan kencang karena akunya geregetan. Terus aku bangun masih dalam kondisi berteriak. Semacam mimpi buruk gitu deh. Istriku tidak mendengarnya. Kalaupun dengar juga paling pura-pura tidak dengar.

Oya, aku punya daftar orang-orang yang sayang ke dia. Kamu mau tahu? Gak usahlah. Kamunya paling juga kaget. Aku tahunya dari mana coba. Dari sendirilah, gini-gini aku bisa menerka orang dari sikapnya sehari-hari. Orang mungkin bisa bilang tidak, tapi mata dan gesture tidak bisa mungkir. Secara aku kan pernah jadi pengamat. Pengamat ibu-ibu aerobic.

Wanita itu, entahlah selalu bisa bikin hatiku serupa eskrim keluar kulkas. Melting. Meleleh dengan slowmotion. Senyumnya aduh, lebih baik jangan senyum deh. Abisnya manis bingit. Ketawanya, selalu bikin aku pengen jatuh. Marahnya. Bentar, ada SMS. Eh, sampai mana tadi? Idiih, marahnya aja manis banget, apalagi senyumnya? Pokoknya sebuah paduan yang osem. Ia marah kalau digoda, tapi digoda setan gak marah yaitu waktu setan bilang sholatnya nanti aja.

Aku baru menghidupkan musik. Sedari tadi aku biarkan sepi, lampu saya matikan. Buat apa kalo ada matahari. Mataharinya diluar tertutup mendung. Bayar listrik mahal, kata istriku. Padahal tadi aku udah ngetik banyak, tapi aku hapus. Gak seru. Istriku tadi pergi setelah masak sayur asem yang pedes. Ibang ikut juga. Aku tadi tidur, terus bangun lagi. Sebab kalau tidak bangun berarti aku mati.

Aku melihatnya melalui cara pandangku sendiri. Ia masih muda. Masih labil dalam berpikir. Bisa saja ia melakukan tindakan-tindakan bodoh yang bisa menghancurkan hidupnya. Aku gak mau itu. Aku ingin dia tumbuh dewasa dengan baik, menemukan kebahagiaan-kebahagiaan yang direncanakannya. Dan tetap dijalan lurus, betapapun berat godaan. aku gak mau dia dalam bahaya.

Segitu dulu, aku tidak bisa melanjutkan postingan ini. Terlalu banyak kata di otakku. Intinya, aku hanya pengen menjaganya dari jauh. Melihatnya bahagia bersama orang yang dicintai dan mencintainya.

Tangerang, Minggu, 16 Nopember yang mendung