Sabtu, Desember 31, 2011

Catatan Akhir tahunnya Tempur Supinsil


Sebelum membaca postingan di bawah ini, mari berdoa’a semoga di tahun yang baru ini pinsiltempur selalu diberi kelimpahan dan keberkahan dimanapun berada

Kalau seumpama Pinsiltempur itu superhero, pasti ia memiliki alter ego, seperti Clark Kent menjelma Superman, Bruce Wayne untuk Batman, Peter Parker yang jadi Spiderman.

Mereka bisa saja wartawan, pewaris tunggal sebuah kerajaan bisnis, professor, mahasiswa, atau tukang cetak culun sepertiku.

Oke, lupakan tentang super hero, karena aku bukan orang super apalagi hero, bahkan untuk versi cedalnyapun aku belum memenuhi syarat. Aku kurang supel, apalagi rajin ngomong helo.

Beok tahun baru. Banyak orang yang mempunyai resolusi untuk tahun depan. Berharap lebih baik, lebih sukses, lebih dekat Tuhan, lebih manis, disayang keluarga, dan…dan… lain-lain. Akupun demikian. Tapi nanti dulu aku ceritanya.

Tahun 2011 ini, merupakan tahun yang cukup menggergaji. Aku menemukan siapa diriku . yeah, meskipun masih terserak, masih berupa kepingan-kepingan puzzle yang perlu disusun ulang untuk bisa disebut utuh.

Menemukan kegairahan-kegairahan baru yang memesona. Menemukan batu pijakan baru yang darinya aku harus melompat tinggi-tinggi.

Entah kenapa, beberapa hari yang lalu ketika aku sholat, aku membaca surat Al-‘Ashr. Surat pendek yang menohok aku mentah-mentah. Betapa aku sudah melewatkan begitu banyak waktu berharga yang Allah berikan.

Aku ingat sebuah postingan seorang teman tentang seni melipat kertas, menggulung, meronce, mencoret-coret-coret dan seterusnya dan seterusnya dan seterusnya (*bukan salah ketik, emang sengaja) ada istilah kerennya. Apa? Pokoknya ada. Tapi seni melipat waktu, menggulung, mencoret-coret dan membiarkannya begitu saja, istilahnya apa? Sia-sia. Ya kita semua sudah menyia-nyiakan waktu yang Allah sendiri bersumpah dengan namanya.

“Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan merugi (celaka), kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran.” (Al ‘Ashr: 1-3)

Tiga orang yang memperoleh pengecualian bahwa dirinya tidak merugi adalah, yang beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.

Rasa-rasanya gak ada satupun predikat diatas yang aku sandang.

Pertama, beriman. Beriman bukan sekedar percaya. Tetapi lebih dari itu. Atau dalam bahasa yang sederhana, beriman itu berarti tanggung jawab. Apakah aku sudah bertanggung jawab dengan pilihan-pilihanku terhadap ajaran nabi-Nya? Aku rasa jauh panggang dari api.

Kedua, beramal shalih, atau dalam bahasa sederhanaku, menjalankan setiap desahan nafas dengan memperhatikan kemanfaatan bagi sesama. Menyakiti hati orang gak? Orang lain tersinggung gak dengan ucapan, sikap dan tingkah laku kita? Apakah aku sudah seperti itu? Jauh.

Ketiga, saling menasihati dalam kebenaran dan sabar. Bukan sekedar bisa ngomong tentang kebenaran dan sabar, tetapi lebih dari itu,menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari. Member contoh, bahasa sederhananya. Sudahkah? Ngimpi………..

Aku bukan ahli tafsir, hanya lelaki bodoh yang digulung oleh waktu. Jadi mohon dimaafkan kalo penafsiran tentang ayat-ayat tadi ngawur blas.

Hidup memang berat, seberat hutang, sekejam ibu kota dan kalau sudah begini, yang pengen aku lakukan adalah lari dari kenyataan dengan masuk laci (*baca : mesin waktu—aku selalu membayangkan kalo laci di kantor adalah mesin waktunya dora emon) kabur ke masa-masa kecilku di kampung. Lalu terdampar di suatu pagi subuh yang dingin.

Pada situasi seperti ini, biasanya Ayah Ibuku serta nenekku sudah bangun sejak subuh, Nenekku menjerang air untuk menyeduh kopi. Jam lima pagi Ayahku menyetel radio BBC London, yang diawali dengan suara jam big ben dilanjutkan dengan music barok yang khas bunyinya (tet, titet, tetet-tetet titet begitu bunyinya, *untuk lebih mendramatisir adegan ini, silakan googling dan dengarkan lagu tersebut). Ibuku menumbuk rendaman jagung untuk dijadikan nasi makan siang. Aku bangun dengan malas-malasan setelah setengah jam pertama siaran berita BBC London berakhir dan memasuki pelajaran bahasa Inggris. Itu berarti sudah jam setengah enam pagi. Dan ibuku sudah capek menyuruhku bangun untuk shalat. Setelah bangun dan shalat, aku biasanya langsung duduk di depan perapian untuk membakar singkong atau pisang sambil minum kopi.

Itulah tujuan “melarikan diri” yang sering aku bayangkan. Aku memang bodoh. Bahkan yang seharusnya tulisan ini sudah aku posting beberapa hari yang lalu, tetapi samapai pada saat kembang api dan terompet serta petasan di luar sana bersahut-sahutan, tulisan ini masih belum jadi.

Kembali ke soal resolusi, aku tidak terbiasa menuliskan daftar panjang apa yang mesti aku capai tahun depan. Karena aku lelaki yang paling tidak konsisten di muka bumi. Jadi kalau ngomongin resolusi, mungkin aku hanya kepingin konsisten terhadap semua rencana yang telah aku susun. Segera menyelesaikan proyek rahasia yang mangkrak. Bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, dikabulkannya do’a-do’a , mengurangi ketengilan untuk, berubah menjadi lebih dewasa dan diberi kelimpahan sehat dan rejeki untuk seluruh keluarga.

Satu lagi, semoga diberi kekuatan untuk mengawal Gibran menjadi sesuai kemauan Allah. Membiarkannya mengeksplor segala hal-hal baru yang ditemuinya, lebih banyak punya waktu untuknya, dan mengajak keluarga Indonesia siapapun saja untuk mendukung terwujudnya Indonesia yang kuat melalui keluarga. Berlebihan? Aku kira tidak. Mungkin lebih berarti orang bodoh sepertiku yang bertindak sekecil apapun daripada orang pintar yang diam saja. Apalagi orang bodoh yang pasif. Ke laut aja deh.

Sepertinya aku harus segera menyelesaikan tulisan ini, sebelum jam 24.00, kalau tidak, ini akan menjadi tulisan paling lama yang pernah aku bikin.

=============================

31 des 2011

Lelaki Bodoh yang selalu gak nyambung(tulisan di atas juga gak nyambung, biarin)

Selamat Tahun Baru.

Jumat, Desember 09, 2011

coret-coret lagi



ini gambar sebagai partisipasi dalam rangka memperingati hari anti korupsi sedunia oleh Facebooknya PAKARTi



ini gambar anak dan istriku

Senin, Desember 05, 2011

ikut ngramein PAKARTI


ikut nggambar ketua PAKARTI, Jan Praba...

Email dari atjeh



From :indelias85@yahoo.co.id

To : tempursup00@yahoo.co.id

CC:

Subject : wow ketemu lagi

Assalamu’alaikum,

wow, excited, setelah mengubek-ubek dunia maya, akhirnya kutemukan juga kamu. Kenapa namamu kau ganti?

Ah ini pasti cuma nama di dunia maya. Tapi keren. Oke, jujur ini sebuah pertemuan yang direncanakan. Setelah kita sama-sama berumah tangga, jarang sekali lho kita bersilaturahmi lagi. Nomerku masih kamu simpan kan?

Baiklah, anakku sekarang sudah dua. Sudah masuk TK, gimana anakmu? Kamu masih bekerja di tempat yang dulu kan? Apa kabar istrimu? Suamiku sekarang mengajar di sebuah SMU di dekat rumah kami. Hampir enam tahun kita tidak bertegur sapa ya… oya, ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan padamu…

- Kamu masih suka bikin puisi yang ngawur dan liar?

- Kamu masih suka pake sepatu convers palsu itu lalu jalan kaki dari kebayoran lama- gramedia pondok indah hanya untuk baca komik? Entahlah itu jauh apa tidak tapi menurutku kamu terlalu pelit untuk hanya sekedar bayar ongkos bis.

- Kamu masih suka galau lalu tidur seharian dan bangun hanya untuk makan, sholat dan ngopi?

- Atau kamu tidur sehabis maghrib lalu bangun tengah malam hanya untuk ngopi lalu tidur lagi?

- Masihkah suka berteori, dan ternyata delapan puluh persen teorimu ngawur berat? Dan sialnya dulu aku begitu percaya?

- Masihkah kamu mengaku bershio kucing, kalau kutanya mengapa kamu jarang mandi? Sebab kutahu gak ada itu shio kucing. Gak ada. Gak adaaaa…

- Masihkan kamu bersemangat dan penuh gairah?

- Masihkah kegilaanmu itu kau pelihara? Mmm… menurutku, kalau kegilaanmu sudah mencapai level sakarotul maut, segeralah di rukyah…. Serius bro.

- Masihkah bosmu suka marah, karena kamu lebih serius menggambar dan corat-coret daripada serius bekerja?

- Apakah istrimu masih yang ter”mmmuah” di hatimu?

Oke, itu beberapa pertanyaan yang sebenarnya masih mengganjal dan perlu kutanyakan padamu….

Wassalam

Indelias

From : tempursup00@yahoo.co.id

To : indelias85@yahoo.co.id

CC :

Subject : RE : wow ketemu lagi

Wa’alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh…

wow, apa kabar? Wah, sejak tsunami mmm bukan, sejak kamu menikah persaan baru sekali kita berkirim kabar ya, waktu aku nikah.

Waktu itu kamu mngirim sms doa pernikahan. Hari-hariku semakin baik, tiap hari tambah ganteng, tambah sehat, tambah kaya. Bagaimana denganmu? Bagaimana mahabi? Sudah masuk TK dia? Kulihat di foto yang kau kirim. Ganteng ya.

Ngomong-ngomong soal mengubek-ubek, aku juga demikian, ada sekian kali aku tersesat. Ketika kutemukan nama di fesbuk, yang menyerempet-nyerempet namamu , pasti kau buka. Tapi aku yakin itu bukan kamu. Fotonya jelas bukan kamu. Terus nama akunnya membuat mataku perlu direbonding. Ientanchellalluwchaiankkhamoecelamanya, atau delianaluphrobertsmashblast, atau ideliaimoetchellalu luphmamalagipengencendhiri kurasa bukan kamu kan?

Ah, apakah yang tercatat di memorimu tentang aku hanya seperti itu? Padahal aku keren lho… wahahahhhahhhhahhhhahhh... salah sendir kamu mempercayai semua teoriku...

Oya, aku tinggal satu rumah dengan orang Aceh yang punya toko obat dan suka memberi oleh-oleh kopi Aceh yang enak kalo diminum panas, tapi asam kalo diminum setelah dingin. Apakah memang begitu karakter kopi Aceh?

Oke, saat ini aku lapar sangaddddd… besok aku sambung lagi, bisa juga chat… nanti aku ceritakan semuanya

Oya, istriku tetap yang ter”mmmuah’, termumumumumu… dihati :)

Wassalamu’alaikum…

Temanmu

Tempursupinsil

Jumat, Desember 02, 2011

siapa yang lebih hebat


Kecewa cita-cita sejuta umat


Hai kawan, kemarin aku, maksudnya kami dari TK Laskar Semut berkunjung ke Kidzania. Di sana kami bisa bermain peran seperti orang dewasa. Kami bisa jadi pilot, polisi, foto model, reporter TV dan lain-lain.

Kami bangun pagi-pagi dan bersemangat sekali waktu berangkat. Bahkan ada temanku yang tidak bisa tidur semalaman menunggu pagi. Alhasil di bis mereka pada mabuk. Entahlah, karena masuk angin atau kurang tidur.

Dengan kaos yang bertuliskan nama kami masing-masing, kami tampak keren. Aku diantar mama, begitu pula dengan teman-temanku, diantar mama atau papanya. Aku juga tidak lupa membawa Spirou. Kali ini mama tidak protes. Stt…aku pikir kalau aku ngambek dan tidak mau ikut, mama pasti kecewa, karena sebenarnya mama juga ingin sekali jalan-jalan.

Salah satu alasan bu guru mengajak kami ke Kidzania adalah memperkenalkan kepada kami lebih dari seratus profesi yang bisa kami pilih kelak daripada sekedar empat profesi yang selama ini menjadi idola orang tua dan leluhur kami .

Pukul sembilan pagi, kami tiba di sana. Kemudian ibu guru mulai mendaftar atau apa gitu, dan akhirnya petualanganpun dimulai. Teman- temanku mulai mengambil peran yang diinginkan. Kebanyakan sih maunya jadi polisi, pilot, atau dokter. Profesi-profesi yang menurut istilah papa : profesi yang menjadi cita-cita sejuta umat. Tapi ada juga yang ingin jadi foto model, pembaca berita, dan pegawai bank.

Karena perginya berombongan, kami mula-mula main menjadi polisi. Semua temanku sudah memakai seragam polisi. Tapi ternyata ibu guru lupa ada tiga kurcaci di kelas kami. Aku, Gibran dan Azzam. Ketika kami diukur, tinggi kami tidak memenuhi standar yang disyaratkan Kidzania. Kami kecewa, dan Gibran yang lebih kecewa. Karena setelah penolakan tadi, Gibran ngambek tidak mau main apapun. Sepanjang acara ia hanya minta digendong mamanya.

Kemudian kami main menjadi pilot, lagi-lagi aku dan Azzam di tolak. Kali ini Azzam yang paling kecewa. Ia ngambek juga, tapi masih mau jalan sendiri. Pada saat aku ingin merasakan menjadi pembalap, aku harus membuat SIM lebih dulu. Dan pada saat membuat SIM, lagi-lagi tinggi tubuhku harus di ukur.

Kalian pasti tahu hasilnya kan? Ya aku kembali ditolak. The three musketir. Maksudku tiga kurcaci yang ditolak peraturan.

Setelah puas bermain kami akhirnya kembali pulang. Teman-temanku yang puas bermain, mendapat bonus tambahan. Mereka mendapat kue-kue, susu, es krim, minuman, dan pizza. Sedangkan kami? Harus puas dengan kekecewaan. Kami kecewa, mama-mama kami juga kecewa.

Aku juga harus memberi tahumu kawan, kalau Gibran merubah cita-citanya setelah kejadian tadi. Entahlah, dia merasa kecewa pada om penjaga, peraturan Kidzania atau dikhianati tinggi tubuhnya, ia merubah cita-citanya : Polisi, diubah menjadi ; Dokter. Sepanjang perjalanan pulang berkali-kali ditanya bu guru, “ Gibran, kalau sudah besar mau jadi apa?” . “Jadi dokter!” begitu jawabnya selalu. Begitupun ketika ditanya oleh semua orang tentang cita-citanya dia selalu menjawab: Jadi dokter!

Gibran….Plis deh, itu kan masih cita-cita sejuta umat!!!!

Senin, November 28, 2011

Jadi Edward Cullen dan ketemu Ayah Edy


Hari-hari ini aku mengalami yang namanya long week end. Oke, ada keganjilan dalam dunia perkalenderan. Kalender di ruanganku, sabtu 26 Nopember ini jelas-jelas merah. Jadi seminggu sebelumnya otakku telah aku set untuk libur. Pas hari Jum’atnya ternyata kalender di ruangan bos untuk tanggal yang sama tidak merah. Aneh kan? Sampai-sampai bos menyempatkan diri untuk menelpon temannya, apakah kalender temannya itu merah atau hitam untuk tanggal 26-nya.

Ibarat undang-undang, sekeren apapun ia, tidak mungkin kan UU-nya Malaysia di pake di sini? Atau sebaliknya UU Indonesia di pakai di Zaire atau Uganda? Ya sudah akhirnya bos menyetujui tanggalan yang ada di ruangan saya. Artinya, sabtu ini libur. Gak penting banget kan? Biarin.

Oke, lanjut. Anggap saja dua paragraph di atas gak ada. Aku pulang sudah agak malam. Gara-garanya, charger HP istri, terbawa di ranselku, sedangkan charger HPku, tertinggal di kantor, dua HP itu merknya berbeda dan sama-sama lowbat. Jadi istriku gak bisa menghubungiku begitu juga sebaliknya. Sehingga yang biasanya istriku menjemput ke terminal, tidak bisa. Dari terminal, aku jalan kaki. Lumayanlah untuk sekedar ngos-ngosan. Sesampai di rumah, anakku langsung minta naik keliling sepeda. Tapi buru-buru aku bikinin susu. Biar ngantuk. Sory boy, ayah capek.

Sabtu, aku bangun pagi-pagi. Istriku menyeduhkanku kopi hitam yang keren. Sesudah itu, baru Gibran bangun. Mandi, kemudian mengajak naik sepeda. Tapi karena ban sepedaku kempis, kami mampir dulu ke rumah Azzam untuk pinjam pompa. Tapi kata mbaknya, Azzam sedang berenang bersama sepupunya yang dari Lampung. Kami kemudian memompa sepeda di bengkel deket danau. Balik ke komplek, ada acara penanaman pohon yang dilakukan anak-anak kecil dari eco culture-nya group Ciputra gitu. Anakku gak mau ikut, padahal temennya, Billy ikut dengan seragam kebesaran. Maksudku, seragamnya terlalu besar untuk anak play group, karena panitia sepertinya mencetak kaos untuk ukuran anak SD kelas 4 atau 5 gitu. Ada beberapa tetangga yang ikut.

Setelah sarapan, Gibran minta diajarin menggambar. Aku buatkan beberapa gambar binatang. Lalu dengan cukup antusias, ia mulai meniru gambar yang aku buat. Tapi finishingnya itu lho yang bikin aku kaget. Beberapa binatang digambar cukup sempurna,setidaknya untuk ukuran seumuran dia. Malah terlalu sempurna. Karena ditambahin gambar alat kelamin.

Gak lama kemudian,keponakan-keponakanku datang untuk meminjam laptop. Farel yang suka les privat sama istriku datang. Aku mencuci sepeda motor dan sepeda bukan motor. Maksudku sepeda downhillku. Gibran mencuci sepedanya sendiri. Setelah itu, aku perlu ke tukang obat karena sejak Jum’at pagi kemarin tubuhku bentol-bentol merah seperti ibu-ibu salah KB.

Aku ke tukang obat Cina di belakang Sabar-subur Citra Raya, percaya deh aku dikasih obat yang biasa mereka rekomendasikan untuk ibu-ibu salah KB dengan hormon tidak teratur atau semacam itulah. Sekalian mampir ke tukang buku loak. Beberapa hari yang lalu istriku memesan buku ke sana. Ternyata buku pesanan istriku itu belum ada. Akhirnya aku membeli buku komik Revolusi-nya Jitet Koestana & Darminto M. sudarmo. Juga sebuah Chicklit terjemahan gitu. Judulnya Wanderlust. Peduli amatlah dibilang aneh, kalo aku bapak-bapak tapi baca chiklit. Yang komik Revolusi dulu sudah punya tapi hilang. Yang chiklit, ceritanya sangat tidak Indonesia. Tapi penuturan ceritanya keren dan menggergaji.

Dua orang keponakanku masih mengetik. Istriku masih mengajari si Farel. Gibran dan Memey masih heboh bermain. Tidak berapa lama, mereka istirahat. Istriku masak, menggoreng ubi dan menyeduh kopi. Ini gelas kopi kedua hari ini. Tapi sayang, generasi penerus bangsa yang bentuknya bulat-bulat montok itu tiba-tiba menyerbu gelas kopiku rame-rame. Jadi nanti kalau pabrik kopi merajalela di Indonesia, sepertinya aku layak mendapat royalty karena peranku dalam menyebarkan virus cinta pada si hitam yang seksi itu. Kemudian istriku menyeduhkan satu gelas kopi lagi untukku. Keren ya istriku?

Malam Minggu-nya, Gibran seperti biasa mengajak bersepeda. Oke, kami bersepeda keliling komplek. Beberapa kali kami berpapasan dengan anjing yang jalan buru-buru sambil pamer lidah. Mungkin sudah kebelet untuk mencari semak-semak untuk bersenang-senang atau apa gitu. maklum malam minggu :P . Anakku… maksudku kami tidak takut anjing untuk keadaan-keadaan tertentu. Tetapi kalau anjing itu pamer gigi dan suara, bukan sekedar pamer lidah, kami, dua cowok hitam manis yang sedang asik naik sepeda ini, akan berubah menjadi seganteng Edward Cullen ( baca : sepucat Edward Cullen :D)

Paginya, jalanan Citra Raya penuh oleh manusia-manusia yang rajin olah raga. Apalagi khusus hari ini dalam rangka acara Eco Culture-nya group Ciputra, jalan santai kali ini ada dorprizenya. Sebuah sepeda. Aku dan anakku beli buncis, ikan dan daun bawang untuk sarapan. Tadinya mau beli koran dan tahu bulat. Tapi entahlah tukang jualan hari ini bener-bener gak ada sama sekali. Acara makan tahu bulat sambil ngopi batal. Istriku di rumah masih menyetrika.

Setelah acara sarapan yang keren itu, kami harus buru-buru ke mall Living World untuk menghadiri acara off air Diary Bunda (acaranya antv) dengan pembicara Ayah Edy. Seorang praktisi Multiple Intelligence dan Holistic learning, penggagas program Indonesian Strong From Home, penulis buku dan sederet profesi keren lainnya. Kami sudah beberapa kali ketemu dan ngobrol dengan beliau. Kali ini aku ingin minta tanda tangan untuk kalender yang aku buat sebagai hadiah bagi teman-teman yang tadinya kepingin datang tapi tidak bisa karena beberapa sebab.

Ada beberapa sesi termasuk Tanya jawab. dan foto-foto. Aku istriku dan Gibran juga termasuk teman istriku ikut foto-foto. Tapi sayang aku gak bawa kamera. Jadi foto-foto yang seharusnya aku upload hari ini belum bisa. Karena filenya terbawa di kamera teman istriku. Waktu difoto disamping Ayah Edy, Gibran tidak lupa teriak buncissss sambil pose imut tentunya. Tapi teriaknya pelan banget.

Baiklah aku ceritakan apa saja isi talkshow tersebut. Temanya optimalisasi periode emas anak. Intinya anak-anak dalam periode emas itu (balita) adalah masa-masa yang rawan dan perlu perhatian dan penanganan yang cukup ekstra. Bukan hanya ibunya, tapi juga peran ayah ikut menentukan suksesnya periode ini.

Periode Emas Pertumbuhan Otak dimulai sejak trismester ke-tiga kehamilan sampai bayi berusia 4 tahun pada periode emas ini, diperlukan Asam Lemak Esensial yaitu Asam Lemak Omega-3 (DHA) dan Omega-6 (AA). Selain itu,pada masa ini, anak tidak boleh banyak menerima larangan. Satu kata "tidak" telah menggagalkan sekian penyambungan sel-sel otak. Bayangkan kalau setiap kali anak mencoba hal-hal baru, kemudian dilarang, maka berapa sel yang gagal tersambung?.

Salah satu tips yang diberikan Ayah Edy ketika kita memiliki anak usia emas adalah, jangan beli barang-barang mahal. Karena ketika mereka mencoba mengeksplorasi barang kita, kemudian dibanting, kita tidak sayang. Belilah barang-barangmurah, misalnya HP yang murah, kalau Nex**an sudah murah, belilah Beforian yang lebih murah. XD

Sorenya kita pulang. Ngopi lagi, bersepeda lagi.

Selasa, November 22, 2011

Subcomandante Marcos rebel dan Supinsil gembel



foto dari ookaboo.com


“sudah kubilang, kau jangan pigi bepulitik’ (komentar seseorang yang bernama semacam memorandum of understanding)

Mohon maaf kalau dua postinganku kali ini tentang tokoh politik, yang satu narsis, yang satu lagi keren.

Aku melihatnya pertama kali sekitar tahun 2008. Lewat Koran Tempo. Sosoknya waktu itu benar-benar membuatku seakan ingin berjingkrak-jingkrak, lompat-lompat salto, guling-guling dan koprol sekaligus. Betapa tidak, sesosok legenda hidup kaum rebel yang masih eksis sampai sekarang.

Bebaju lengan panjang warna coklat, jam tangan swiss army, topeng balaklava (semacam topeng ninja atau topeng maling di sinetron-sinetron Indonesia gitu), sepatu tentara, bertopi mirip Mao Tse Tung, pipa cangklong, head phone yang tersambung ke telepon satelit, amunisi melingkar seperti Rambo, syal merah yang terselempang di leher, berkuda, kemana-mana selalu membawa ayam jago, dan ini bagian yang paling keren—ranselnya penuh dengan novel.

Dialah pemimpin EZLN, Tentara pembebasan Nasional Zapatista. Menyebut dirinya Subcomandante Marcos. Entahlah siapa sebenarnya lelaki dibalik topeng balaklava itu. Sampai saat ini ia tidak pernah mau membuka topengnya kepada siapapun. Misterius sekaligus nyentrik. Rebel sekaligus flamboyan.

Dunia mengenalnya sejak 1 januari 1994. Bertepatan dengan diberlakukanya perjanjian kawasan perdagangan bebas Amerika utara (NAFTA) yang ditandatangani AS, Kanada dan Meksiko, ia memimpin sekitar tiga ribu suku Indian Maya untuk memberontak dan menyatakan perang pada pemerintah Meksiko atas keikutsertaannya pada perjanjian tersebut. Sebab dikhawatirkan dengan ikut sertanya Meksiko dalam perjanjian itu, rakyat miskin akan semakin miskin akibat membanjirnya hasil pertanian impor. Seperti jagung, kedelai dan padi. Belakangan terbukti dengan dibukanya kran NAFTA, harga jagung petani Meksiko terjun jatuh, tertimpa tangga, ketumpahan cat dan ketabrak motor. Bonyok pangkat delapan belas. Lebay? Memang.

Oke, aku tidak akan turut campur dengan ideologi El Sup, panggilan khas Subcomandante Marcos (bukan El Supinsil :D). Seperti kata temanku di atas, aku tidak sedang pigi bepulitik, aku hanya sedang mengapresiasi sepak terjangnya yang sungguh menggergaji. Betapa tidak, bedil yang dia sandang mungkin sudah karatan karena sudah lama ditanemin anggur (baca : nganggur), amunisi yang dia sandang mungkin sayang untuk dia gunakan menembak. Ia lebih suka menggunakan pena (tulisan) untuk memperjuangkan kaumnya,suku Indian miskin dan papa di Chiapas, Meksiko sana.

Ia memberitahu kepada dunia melalui cerpen-cerpennya, puisi-puisinya dan juga esai-esainya yang dimuat di koran-koran Meksiko. Pemikiran-pemikirannya bergaung dari pedalaman hutan Lacondon sampai ke seluruh dunia. Nuestra Palabra Es Nuestra Arma, kata adalah senjata. Dengan kata-katanya ia menggempur setiap sudut dan sisi kemanusiaan siapapun yang membaca tulisam-tulisannya.

Dari citranya yang fotogenik, segera saja dia menjadi ikon perjuangan semacam foto Che Guevara yang kemudian disablon di kaos-kaos, gantungan kunci, stiker, dan stensil di tembok-tembok.

Dia membaca sekaligus menulis. Banyak pembaca yang enggan menulis. Seperti aku. Aku mungkin pembaca yang lahap, tapi penulis yang cemen. Aku lelet, bahkan hanya untuk sekedar menulis kegiatan sehari-hari. Hey supinsil, tulisanmu jelek, siapa yang mau baca? Itulah kata-kata setan burik yang mangkal di otakku. Padahal, sedikit banyak menulis itu sangat baik untuk kesehatan. Percayalah, seumur-umur aku belum pernah ke dokter gigi.

Karena aku belum pernah ke dokter gigi, kalian pasti bingung ya baca postinganku kali ini? Baiklah, aku hanya ingin mengatakan bahwa Subcomandante Marcos sangat keren (paling tidak dari kacamataku, bohong, karena aku belum pernah ke dokter mata). Pertama, ia pejuang keren dan tanpa pamrih. Bagaimana mau pamrih, ia sendiri ngumpet. Dan bilang “ Sub comandante Marcos hanyalah sebuah symbol bagi perlawanan masyarakat adat”. Kedua, sosoknya itu lho, ikonik banget. Seperti Che Guevara, Yasser Arafat, Geronimo, Sudirman, Sukarno atau siapapun saja yang begitu gigih memperjuangkan apa yang diyakininya benar.

Mungkin nanti Supinsil juga demikian.Untuk itu ia sudah mempersiapkan foto terbaiknya, barangkali ada yang mau menjadikannya kaos, gantungan kunci? tapi apa yang diperjuangkan Supinsil? Menulis saja sampai saat ini hanyalah caranya untuk bersenang-senang. Judul gak nyambung, tidak ada kesinambungan antar paragraph, dan terlalu narsis. Paling-paling memperjuangkan kenaikan gaji dan royalti yang gak turun-turun.

“Kata adalah senjata” : Subcomandante Marcos

Sudah.

buncis lagi


guwe bete banget tadi malam, males banget mo ngapa-ngapain yaudahdeh gamabar anak dan istri aja lah semangattt!

Rabu, November 16, 2011

Hari minggu yang menggergaji


Minggu, 13 Nopember…

Hari itu aku awali dengan bangun cukup pagi, setelah sholat subuh, aku bangunkan Gibran. Biasanya kalau dibangunkan pagi-pagi, ia akan marah-marah, tapi karena semalam aku janjikan bersepeda hari ini, dengan semangat Ben 10, ia bangun kemudian minta mandi. Mau mandi sama ayah katanya, kan cowok harusnya mandinya sama cowok, yeah padahal sehari-hari yang mandiin juga bundanya.

Sesudah mandi, aku keluar mengambil kunci gembok, membuka gerbang dan kembali masuk ke dalam mengambil sepatu. Gibran sudah di luar, menunggu tak sabar.

Tiba-tiba dia teriak-teriak gak jelas. Heboh. Aku yang sedang memasang tali sepatu menengok kaget. Rupanya dia sedang ditunggui dua ekor anjing tetangga segede ‘dinosaurus gajah ‘. Aku berbalik kemudian aku usir kedua ekor anjing iseng itu. Yang diusir anjingnya, bukan cuma ekornya :D.

Gibran ngamuk-ngamuk, pukul-pukul ke aku. Sebab sambil mengusir anjing itu, aku tertawa geli. Entahlah, dia pikir ayahnya menyanyi diatas penderitaan orang lain (perasaan tadi tertawa deh, bukan menyanyi).

Kami bersepeda ke jalan raya. Wuih rame bukan main. Ada penjual burung, lukisan, pecel, boneka shaun the sheep, kelinci, hamster, anak ayam warna-warni, ada juga ibu-ibu montok asyik senam, abg labil lari pagi tapi jalan kaki, keluarga bahagia yang muter-muter cari sarapan, plus bapak-bapak yang bersepeda. Gibran merengek minta dibelikan kelinci, burung, ikan, anak ayam warna-warni (plis deh, tadi kan cuma minta naik sepeda doang)

Setelah lelah, kamipun pulang. Gibran menaruh sepeda roda empatnya, aku taruh sepeda downhillku yang hampir dua tahun aku abaikan. Aku buka Kompas Minggu yang aku beli tadi di abang-abang Koran, Panji Koming, Mice Cartoon, Sukribo, Timun, pokoknya pojok kartun yang pertama aku lihat. Kemudian baru rubrik griya atau apa gitu, pokoknya tentang rumah para pesohor atau orang-orang penting negeri ini.

Gibran main balok, aku lanjutkan membaca novel kartun (menurut penulisnya) ‘Diary Bocah Tengil” karangan Jeff Kinney, aku sudah baca buku pertama, dan kelimanya, ini yang keempat, yang kedua dan ketiga belum punya. Kalian harus baca deh. Berisi ketololan dan kesialan seorang bocah SMP yang polos, pengen dewasa, tapi masih terlalu nurut. Penuturan yang mengalir, lancar, kocak dan menggergaji. Anakku masih main balok. Dia bikin transformer. Aku masih baca. Anakku masih main balok (plis deh, kan udah ditulis, gak cape apa ngetiknya?)

Istriku di dapur. Aku rekues kopi. Gibran tak mau kalah. Tadinya dia pengin kopi juga, tapi akhirnya dia rekues teh manis. Pesanan dating, kopi, tahu bullet, ubu goring, menjadi sarapan yang cukup menggergaji. Kemudian kami bertiga teriak buncisssssss!!! Sambil pose imut. Sayang gak ada yang memfoto.

Setelah keringat perlahan kering, aku dan Gibran mandi lagi. Karena kami harus segera dating ke acara pernikahan salah satu guru Laskar Semut. Tapi sebelumnya aku ke rumah mertua untuk mengambil beberapa eksemplar majalah Concept. Pas mau berangkat kondangan, hujan turun deras banget. Yaudah deh kita menunggu. Sesampai di tempat hajatan, hujan turun lagi. Kami menikmati hidangan dengan ditemani petir dan hujan yang menggelegar (lebay banget deh)

Sesi poto-poto bersama mempelai tiba. Wah jadi aneh, yang lain ibu-ibu cantik. cuma aku yang bapak-bapak narsis. Yaudah deh. Sepanjang sesi poto (plis deh, kan cuma dua jepretan) mulutku gatal ingin teriak buncissss… tanganku gwuatel pengen mengacung metal atau piss, tapi aku sadar ini dimana. Ya udah, cuma Gibran yang teriak buncisss. Kamipun pulang, masih ada kondangan satu lagi.

Tempat pesta yang ini adanya di pinggir danau. Maunya sih keren, tapi danaunya sudah sudah gak keren lagi. Ditambah hiburannya dangdut. Kalian tahu lagunya apa? Anda benar. Alamat palsunya Ayu Tingting membahana. Disini gak ada acara poto-poto. Buncis? Nanti dulu deh.

Karena Gibran sudah kelihatan mengantuk, kami pulang. Minum susu, kemudian tidur siang. Sehabis Dzuhur, aku juga tidur siang. Masih ada dua agenda lagi. Pertama, mau nengok Bu Pyta, mamanya Nandif. Lagi kurang sehat katanya. Terus sorenya diundang pengajian . Mantan wali murid istriku pindah rumah.

Tapiiii, hujan turun lagi. Gibran masih tidur. Acara nengokin mama Nandif gagal. Pengajian, gagal juga.

Akhirnya maghrib tiba. Hujan masih rintik-rintik. Kami makan malam sehabis maghrib. Rencana mau gambar. Tapi kemudian hujan benar-benar berhenti.

Demi mendengar hujan berhenti, Gibran pengen naik sepeda lagi. Ya udah, akhirnya aku kembali naik sepeda keliling komplek. Mengantar Gibrann nyamperin (bahasa Indonesianya apa ya) temen-temennya. Sambil mengabsen satu-satu. Arif, Azzam, Billy, Alex, Sechan, Key-key. Tapi dingin-dingin begini siapa yang mau keluar main sepeda malam-malam?

Aku beritahu, kalau kalian tinggal di Citra raya dan melihat bapak-bapak labil naik sepeda beriringan dengan seoarang anak kecil yang mengayuh sepedanya kuwenceng banget, itu pasti aku.

Oke, sekian dulu catetan garing nan gak jelas ini. Selamat menempuh hidup baru buat mbak Atik Sunarti dan mas Choirul, dan buat bu Pyta, cepet sembuh ya…

Senin, November 14, 2011

Aku, Hitler dan Narsisme



Setelah aku mencapai umur yang cukup untuk disebut tua kemarin, aku kembali menemukan sebuah kemungkinan yang selama ini “bukan aku banget”.

Oke, mungkin nanti kalau aku menjadi seseorang yang “penting”, aku akan membentuk sebuah kementerian atau apa gitu untuk mendukung sesuatu yang “bukan aku banget” tadi.

Sebenarnya ini adalah gejala umum yang dimiliki hampir semua orang yang mempunyai akun di jejaring sosial. Entah itu facebook, twitter, atau yang lainnya. Tak peduli apakah dia Bapak-bapak gendut, ABG labil, atau ibu-ibu cantik, Ia adalah sesuatu yang kita sebut sebagai narsisme.

Aku terlahir sebagai Photoshopgenic. Catet, bukan fotogenik. Artinya fotoku akan kelihatan bagus jika ada sedikit utak-atik di program photoshop. Makanya aku jarang sekali memajang fotoku di semua akun jejaring sosial yang aku punya.

Pertama aku sudah menandatangani kontrak juataan dollar dengan sebuah tabloid. Hanya kepada mereka aku boleh mempublikasikan foto-fotoku ( :D, aku bohong lagi kan?)

Kedua, Roy Suryo pasti tidak akan tinggal diam melihat fotoku mejeng di dunia maya. Dengan kapasitasnya sebagai pakar telematika, dia pasti dengan gegap gempita akan menganalisa fotoku dari berbagai sudut pandang. Resolusinya-lah, cahayanya-lah, kapan diambil, di mana, ke mana, dimana (Roy Suryo berubah jadi Ayu ting-ting). Belum lagi kalau tiba-tiba infotainment mengejar-ngejar aku? Bisa-bisa profesiku sebagai superhero akan bocor dan diketahui publik. :D

Ngomong-ngomong soal narsisme dan “kementerian” yang akan aku bikin kelak, sebenarnya hal ini sudah pernah menimpa Hitler, maksudku Hitler, ya Hitler, bukan sodaranya. Si kumis Jojon ini, mempunyai sebuah kementerian yang diberi nama Reichsministerium fur Volksaufklarung und Propaganda atau Propaganda Ministerium, Kementerian Propaganda, yang dibentuk pada 13 Maret 1933 dengan menterinya DR Josef Goebbels.

Goebbels bertanggung jawab terhadap pencitraan partai Nazi. Atau dengan kata lain, dia harus bertanggung jawab terhadap kenarsisan sang bos.Di bawah kepemimpinannya, Ideologi Nazi menjadi sesuatu yang sangat berpengaruh ketika itu. Koran, poster, radio, dan berbagai karya seni menjadi ajang propaganda yang yahud. Bahkan film propaganda yang mendokumentasikan kongres Partai Nazi di Nurenberg yang diberi judul Triumph of Will dan disutradarai oleh Berta Helene Amalie Riefenstahl, menjadi salah satu film propaganda terbaik sampai saat ini.

Bicara pencitraan, rasanya bukan hanya Hitler dan aku saja. Setiap manusia selalu ingin dianggap hebat di depan pasangan, bos, tetangga, teman-teman atau bahkan rakyatnya. Banyak cara untuk bisa aku gunakan sebagai bentuk pencitraan diriku yang keren, ganteng dan memesona. Tapi yang jelas bukan dengan bernyanyi atau membuat album. Pertama, aku tidak bisa main gitar, kedua suaraku benar-benar menggergaji (dalam arti harfiahnya) : grok, grok, srek, srek. Ya, suaraku serak-serak beychek gak ada oyjek gitu deh. Boro-boro laku kasetnya, tidak dimassa orang sekampung saja sudah harus disyukuri sungguh-sungguh.

Kita mungkin mengutuk fasisme dan rasisme, tapi kita memuja Narsisme . Barangkali sudah saatnya muncul saingan National Geographic, yaitu majalah National Nartistic. Ada yang berminat nampang di sampulnya?

Rabu, November 09, 2011

Pinsil tempur, selamat ulang tahun ya...


“Tidak ada kematian yang mendadak, elmaut sudah menyebarkan intelnya bertahun sebelum ia sendiri datang. Seperti anggota CIA dan secret service mengobok-obok Jakarta tiga bulan sebelum Obama mampir makan bakso di Istana merdeka” (Tempur Supinsil)

Bulan sudah jadi November ya? Bertahun lalu, aku dilahirkan pas di bulan November. Bulan yang sering kali diwarnai hujan. Hujan yang manis, seksi, melankoli, dan menggairahkan.

Aku dilahirkan setelah ngumpet di rahim ibuku selama sembilan bulan ( ketika anak lain umur sembilan bulan sudah bisa jalan, sudah bisa ngomong, aku baru lahir) Aku kemudian berteori, lelaki yang ditakdirkan Allah lahir di bulan ini, akan menjadi lelaki melankolis, dingin, dan penuh gairah.

Aku selalu merasa galau ketika bulan November datang. Betapa banyak waktu yang sudah Allah sediakan, menguap sia-sia. Menyisakan penyesalan selama sebulan ini, kemudian berulang begitu sejak beberapa tahun lalu. November bagiku adalah bulan pengumuman dari semua hasil kerja, hasil olah pikir, akhlak, sikap, sifat dan perbuatanku sebagai seorang manusia, seorang anak dan sekarang sebagai suami dan orang tua.

Aku semakin tua, kantung mata dengan bangganya bertengger di bawah kedua bola mataku yang indah, gurat-gurat keriput bermunculan di sana-sini. Uban semakin berlomba tumbuh di kepala. Intel-intel malaikat maut sudah bertebaran di setiap penjuru, mengalir ke setiap pembuluh darah. Menunggu komando untuk menyerang, melumpuhkan dan membuatku terbujur kaku, membiru dan menimbulkan bau.

Aku semakin ganteng (rrrr… ada yang gak suka). Maksudku, aku semakin jauh dari seharusnya seseorang menjadi dirinya. Seumuranku seharusnya sudah mempunyai rumah, mobil dan usaha yang mapan. Tapi aku? Hanya karyawan kecil yang bekerja eijtufaif. Yang akan lompat-lompat salto kalau hari jum’at tiba. Yang gajinya minimalis, banyak utang dan sering bolos. Ibadahnya bolong-bolong, tukang bohong, dan otak yang kosong melompong. (mau jadi apa emangya?)

Apakah yang terjadi sekarang adalah buah yang pernah aku tanam bertahun-tahun lalu? Dimana aku menitipkan mimpi pada Allah, tetapi aku bersungut pesimis ketika sebuah ujian kecil menghampiri? Apakah waktu itu aku menitipkan mimpiku kurang sungguh-sungguh? Atau sebenarnya sungguh-sungguh tetapi ketika aku mengambilnya kembali terlalu bermalas-malas?

Aku adalah sebuah produk pendidikan yang gagal. Terlalu banyak yang aku pelajari tetapi tak ada bekas sedikitpun hari ini. Terbata-bata, bingung mau jadi apa kelak, walaupun dulu pernah pingin sekali jadi seniman kaya, tapi kini Cuma jadi hanuman obong.

Suatu hari di tahun ini, aku pernah hampir game over, ketika aku terbangun di suatu pagi tiba-tiba dada kiriku terasa sakit yang amat sangat. Dibawa bergerak atau sekedar bernafaspun sakitnya bukan main. Kata dokter, jantungku bermasalah. Deg. Aku membayangkan kalo orang sakit jantung, jalan satu-satunya adalah operasi. Uang dari mana?. Untuk memastikan, aku menjalani serangkaian pemeriksaan yang menurutku hanya pantas untuk orang-orang kaya. Orang miskin sepertiku, jauh-jauh deh dari proses tetek bengek brengsek semacam itu. Stt…. Hanya satu sisi positif dari proses tadi. Dokternya cantik banget.

Setelah hasil pemeriksaan muncul, aku sedikit lega. Jantungku baik-baik saja. Rasa sakit hebat yang timbul adalah karena darahku mengalami pembekuan tiga kali lebih cepat daripada orang kebanyakan. Aku mengalami metabolisme lebih cepat dari pada orang-orang. Suhu tubuhku lebih panas daripada orang lain, walaupun aku dalam kondisi sehat wal afiat. Kalau aku berkonsentrasi, telapak tanganku bisa mengeluarkan api seperti Pangeran Zuko dari Kerajaan Api atau Ultraman waktu mengalahkan monster yang mengobrak-abrik kota Tokyo (yang ini bohong deng J)

Tapi rasa sakit itu tetap ada. Hingga suatu malam aku rasa malaikat maut sudah siap menjemputku. Badan panas, dada semakin sakit. Aku sudah siap waktu itu. Setidaknya aku bahagia, karena kalau malam itu aku jadi mati, berarti aku mati dipelukan istriku. Bukan mati merana di kamar kos sendirian.

Alhamdulillah, setelah aku menjalani proses bekam berulang kali ,Allah masih memberi kesempatan padaku untuk berbuat lebih baik daripada kemarin-kemarin. Memberi waktu untuk galau, untuk terus diuji dengan tipuan-tipuan dunia, apakah aku akan menang atau akan mati jadi pecundang. Naudzubillah.

Allah masih memberiku kesempatan untuk menyebarkan semangat positif. Karena hanya semangat yang aku punya.

Entahlah, yang jelas, sebentar lagi aku ulang tahun. Kalau mau memberikan hadiah ke aku, berilah hadiah buku. Itu saja….

Rabu, November 02, 2011

Hari-hariku yang bahagia



sudah malem, saatnya memberantas kejahatan :P



setelah bercape-cape seharian, kami makan ubi goreng sambil ngopi, satu gelas bertiga
*anakku ngopi juga lho....



ekspresif banget ya anak guwe, ini pas abis coret-coret dinding



orang-orang tercinta



wuih ada bang rhoma-nya juga...



asik gambar-gambar, padahal dinding kamar lho....



buku-buku keren...



anak ngambek pengen muter-muter naik sepeda



istri sibuk masak


Sok serius, padahal pesbukan

Sabtu, Oktober 29, 2011

Kalo Guwe dihipnotis Uya Kuya


Kalau seumpama ada kontes suami paling jujur di dunia, mungkin guwe pemenangnya. Kejujuran guwe ke istri guwe, gak perlu diragukan lagi. Makanya pada saat-saat kami berduaan dan nonton acaranya Uya Kuya, guwe selalu bilang ke istri kalau guwe gak perlu dihipnotis untuk bisa dikorek segala rahasia guwe.

Beidewei , seru juga kalo guwe lagi jalan-jalan ketemu sama Uya kuya terus ditawarin untuk dihipnotis. Begini mungkin settingnya :

(Guwe lagi jalan mesra sama istri terus ditepok Uya, terus Uya ngomong bla..bla..bla.. dan dengan begonya guwe nurut aja)

Adegan selanjutnya adalah guwe sudah duduk, sebelah kanan guwe Uya, sebelah kiri istri guwe. Dibelakangnya , Edi Kopi (asisten Uya yang rambutnya Mohawk) megangin mik sambil jaga-jaga kalau guwe tiba-tiba tertidur. Kemudian ….

Uya : Tarik nafas dari hidung, keluarin lewat mulut, tarik nafas dari hidung, keluarin lewat mulut ,kalau liat api anda tidur, kalau liat api anda tidur…

(*Sambil nyalain tisu… tiba-tiba blek…guwe tertidur)

Uya : Nama anda siapa

Guwe : Tempur Supinsil

Uya : Nama asli?

Guwe : Kalo pengen tau nama saya liat aja di internet, gak tau internet ya? Ndesoooo…

Uya : Emang punya gitu

Guwe : efbe ada, blog saya punya, akun twiter juga ada…

Uya : Pekerjaan anda apa?

Guwe : Pekerjaan saya main-main, hobi saya bekerja. Yah apa aja mas asal dapur ngebul.

Uya : misalnya?

Guwe : Ya, main kembang api di dapur, bakar-bakar kertas, ya gitu-gitu mas.

Uya : oke lanjut, disebelah anda ada seorang wanita, itu istri apa pacar?

Guwe : Ya istrilah, masa pacar,

Uya : Sudah berapa lama anda menikah?

Guwe : Lima tahun

Uya : Selama anda menikah, apakah anda pernah tergoda wanita lain?

Guwe : he..he.. he… Tanya istri saya aja deh…

Uya : apakah ada kerikil-kerikil yang mengganggu rumah tangga anda?

Guwe : Ada mas, tapi saya pungutin tiap hari, lumayan sih mas dapat tujuh karung, bisa dijual Alhamdulillah, sesuatu banget…

Uya : Maksudnya, apakah ada onak dan duri selama menjalani hidup bersama…

Guwe : Ona Sutra udah lama gak nyanyi, kalo Rafika Duri kadang-kadang masih ada… maklum mas, sekarang kan jamannya boibend gitu…

Uya : Capedehhhh…

(Iklan : Sosis sonais versi sinta jojo, indomi, erbiti smes cenat-cenut, promo sinetron, sampo sansil, rejois, permen polo, udah )

*Kamera menyorot nyari penonton yang cakep, yang norak, yang jelek, kemudian perlahan-lahan menampilkan kami bertiga….

Uya : Oke kita lanjut, menurut anda apa arti cinta ?

Guwe : Cinta itu buah kecocokan jiwa (guwe pinter ya? Padahal kata itu guwe ambil dari puisinya Khalil Gibran…)

Uya : Terus, apa definisi cantik menurut anda? Apakah istri anda cantik?

Guwe : Cantik itu relatif, maksud saya, yang menarik itu cantik, bingung ya? ya cantik itu belum tentu menarik, tapi yang menarik itu cantik. Yang tadi pake tanda kutip ya mas, Istri saya? Ya pasti cantik dong, mosok ngganteng,

Uya : kalo seumpama, anda disuruh nikah lagi mau gak?

Guwe : Ya jelas mau mas, mosok ndak mau… (*oke gue perjelas, gue jawa) tapi nanti tunggu duit saya banyak dulu, tunggu saya punya sekolah gratis dulu, tunggu gak ada lagi anak-anak terlantar, gak ada lagi orang miskin. Intinya ya ketika duit saya gak tau lagi mau dikemanain, baru saya nikah lagi.

Uya : Anda mencintai istri anda?

Guwe : Cinta banget, seluas hati saya…

Uya : Apakah ada orang lain yang anda cintai?

Guwe : Ibu, Bapak, anak dan keluarga saya…

Uya : Maksudnya wanita lain

Guwe : Ada, tapi saya gak tau siapa. Sumpah. Karena perasaan itulah yang membuat saya setia sama istri saya. Perasaan seorang lelaki yang bahkan gak bisa diterjemahkan oleh kejujuran sebuah proses hipnotis macam ini. Hati saya seluas samudra mas, mungkin saya bisa lirak-lirik, tapi saya hanya punya satu pelabuhan tempat saya pulang, yaitu istri saya…

*penonton tepuk tangan

(Iklan lagi : indomi, sampo emeron, sosis sonais versi smes, susu denko, konidin, permen relaksa)

*intro music Uya…

*penonton tepuk tangan

Uya : Baik, sekarang kalo anda mendengar tepuk tangan yang mer

*Pet, listrik mati

Pemirsa, jangan salahin saya ya…. Salahin PLN.

Jumat, Oktober 28, 2011

Guwe ternyata bapak-bapak labil

“ berbagi itu menyenangkan, seperti mengendarai kuda putih di kebun karet”

~Patrick Star – temen Sponge Bob~

Kalian tertipu. Guwe gak akan menceritakan tentang indahnya berbagi. Sebab satu-satunya perbuatan yang disebut berbagi yang bisa guwe lakukan adalah, berbagi jok motor dengan seorang anak yang gwwendutnya ampun DJ. Namanya Nopia. Kalau kamu ngeboncengin dia pake motor, maka kamu akan mendapat bonus satu orang. Begitulah deskripsi guwe tentang Nopia. Saking gendutnya, sejak kecil di blacklist sama tukang odong-odong. Mereka menolak kalau ia pengen naik odong-odong. Abang odong-odongnya takut kalau odong-odongnya pecah berantakan.

Guwe kali ini akan menceritakan otak reptile guwe yang terangsang --sory, ini bukan cerita stensilan, jadi anda jangan mbayangin yang macem-macem--gara-gara ulah abege labil super duper alay.

Baiklah, aku terangin tentang otak reptile Ini guwe kutip dari buku Genius Learning Strategy-nya Adi W. Gunawan :

" Dr.Paul Maclean mencetuskan konsep tiga otak dalam satu kepala (otak triune). Menurut teori ini, otak manusia sebenarnya terdiri dari tiga bagian otak. Otak reptil, otak mamalia, dan otak neo kortex.

Otak reptil bermula dari batang otak yang terletak di dasar otak dan terhubung dengan tulang belakang. Otak ini berfungsi sebagai pusat kendali, sistem syaraf otonomi, dan untuk mengatur fungsi utama tubuh. Juga mengatur reaksi seseorangterhadap bahaya atau ancaman. Ketika otak reptil ini aktif,orang tidak akan bisa berpikir, yang bekerja adalah insting atau nalurinya. Otak reptil aktif bila seseorang kurang tidur, terancam, takut, stres, atau pada saat kondisi tubuh dan pikiran yang lelah" . Jadi bila anda mengamuk atau meneriakan kata kotor, maka otak reptil (otak primitive) anda yang sedang aktif.

Kantor tempat guwe bekerja dan kostan guwe berada di pinggir jalan, tempat segala lalu lalang kendaraan, oke, guwe bisa memaklumi kalau hampir dua puluh empat jam hidup guwe dihiasi dengan musik latar suara kendaraan. Juga suara mesin cetak yang dijalankan bapak-bapak galau yang bernama Nawan Ganes (Galau dan Ngenes). Guwe bisa terima. Tapi yang ini lain, Abege alay yang baru bisa naik motor atau Bapak-bapak yang nyesel jadi tua, naik motor dengan knalpot yang sudah dimodif, gak tau tempat, gak tau waktu. Merusak suasana dengan suara motor mereka yang norak abis… Menggeber-geber motornya serasa di garis start motojipi, padahal dihalaman rumah tetangga.

Guwe sempat bersekongkol dengan Nawan Suganes untuk melakukan semacam perhitungan dengan mereka saking kwueselnya. Lempar gelas misalnya atau kalau perlu lempar kulkas. Tapi sayang kosan guwe gak punya kulkas. Jadi paling banter guwe ngeluarin anjing yang ada di mulut guwe sampai rantainya nyangkut-nyangkut di gigi guwe saking galaknya tuh anjing.

Beidewei, guwe nyesel pisan. Anak guwe jadi suka ikutan-ikutan . Kalau denger motor yang digeber sedemikian rupa, dia suka teriak “Cetaaaan”

Ups, pemirsa, ternyata guwe bapak-bapak yang labil dengan otak reptile yang kelewat aktif.

Sabtu, Oktober 22, 2011

Hari yang muah!

Malam belum terlalu larut, jadi gak manis. Guwe menulis postingan ini setelah seharian acara guwe begitu mumumumu… :D. Pagi-pagi sekali guwe udah masak nasi, beli sayur di abang-abang, beli tempe plus beli pete. Tempe sudah guwe goreng, tapi sayur gak guwe masak. Guwe cuma bikin sambel terasi. Betapa maknyusnya menu guwe kali ini. Ya, guwe hari ini sedang mempersembahkan cinta buat istri guwe. Soalnya istri guwe mesti berangkat pagi-pagi ke Jakarta ngurusin badan (eh, bini guwe kurus dari dulu) maksudnya ngurusin skripsinya yang belum kelar-kelar sejak jaman purba. Anak guwe udah nginep di rumah neneknya dari kemarin.

Selesai sarapan, guwe anterin istri guwe ke terminal. Kemudian guwe ke rumah mertua mo ngambil anak guwe buat diajak jalan-jalan ke Gramedia. Tapi dirayu-rayu nyampe keringetan, dianya ogah-ogahan. Malah pengennya ke waduk. Yaudah deh guwe kasih aja kembang api (stt… guwe nemu kembang api enam pak di TK).

Oya hari ini ada pilkada buat milih gubernur Banten yang baru. Tadinya guwe gak mau milih, secara para calonnya gak mau nge-add guwe sih :D, yah guwe gak kenal sama mereka. Apa mereka kenal guwe? Gak juga kan? Apakah setelah mereka jadi mereka kenal guwe? Gak penting amat kenal sama Tempur Supinsil deh. Tapi guwe gak enak sama pak RT. Lagian TPSnya deket rumah mertua. Yaudah guwe akhirnya mencoblos dengan sukses. Guwe pilih tiga-tiganya. Guwe adil kan?

Setelah jari kelingking guwe dicelup, guwe buru-buru ngebut ke Gramedia. Tadinya bingung mau beli buku apa. Panji Tengkorak kebudayaan dalam perbincangan-nya Seno Gumira Ajidarma melambai-lambai, mengedip-ngedipkan matanya pengen dibeli, cuma guwe masih pikir-pikir, nanti aja deh, pasti masih dipajang lama tuh sama si Gramed. Diary Bocah Tengil yang warna biru, kuning dan hijau juga memohon-mohon buat di beli. Nanti deh guwe borong lu-lu pada. Guwe muter-muter nemu buku berjudul Mendesain Logo-nya Surianto Rustan. Sebenernya ini buku udah lama juga menggoda si ganteng Tempur Supinsil, tapi guwe setia sama dapur guwe, secara gaji tukang cetak macam guwe kan minimalis. Tapi kali ini guwe harus mengkhianati dapur guwe. Harus beli buku bagus ini.

Guwe juga belum beli majalah Concept edisi September. Sekalian aja guwe beli takut keabisan. Isinya muah pisan….

Udah ya guwe mo baca





Senin, Oktober 17, 2011

Guwe, polisi Malaysia, dan helmnya



Salam, apa kabar? Kali ini guwe (anda bayangkan kalo kata ini diucapkan orang Jawa medok seperti saya, betapa menggergajinya kata ini :D).

Lanjuuuuut, guwe mau cerita tentang sebuah profesi yang menurut guwe sangat memprihatinkan. Bayangin aja, bertahun-tahun bajunya itu-ituuuu aja. Gak bosen apa?, udah gitu kebanyakan kesempitan. Gak ada yang gombrong, gak ada yang gaul, gak ada yang menggergaji… :D

Oke, guwe kasih tahu ya profesi ini kerjannya ngatur-ngatur lalu lintas, terus nangkepin penjahit, eh penjahat. Yang kedua inilah yang guwe rasa paling keren. Yang pertama? guwe punya beberapa pengalaman buruk dengan tugas yang pertama tadi.

Guwe pernah diminta uang sebesar dua puluh ribu rupiah gara-gara guwe gak pake helm waktu naik motor. Guwe tawar-tawar ga boleh, katanya suruh tanya toko sebelah.

Guwe juga pernah di tanya sambil nyolot sama seseorang yang pakaiannya sama dengan orang yang minta duit dua puluh ribu tadi (huh! Akibat salah baju kali!). Guwe sampe telepon dendam (oi, kalo telpon tuh genggam). Maksudk guwe, guwe dendam. Guwe sampe berharap jangan sampe anak guwe jadi polisi yang suka minta duit.

Guwe juga pernah diminta duit seratus lima puluh ribu perak gara-gara guwe sama istri guwe gak pake helm, gak bawa STNK, gak bawa SIM (ini salah guwe) trus KTP guwe lain sama TKP (maksud guwe, guwe tinggal di mana, kejadiannya di mana, gitu) Terus dia marah-marah waktu guwe minta bonnya. Udah gitu temennya baca Koran yang guwe beli. Tambah sebel gak guwe? Sebel gak? Sebel gak?

Oke, guwe akuin, untuk masalah Koran, mungkin ini karma. Bertahun lalu guwe pernah nyolong korannya pak polisi, gara-gara guwe keranjingan baca :D. Maaf ya pak Pol.

Pernah waktu guwe berangkat kerja, angkot yang guwe naikin, ngetemnya dua ratus juta tahun. Dari jaman dinosaurus belum punah, sampai jamannya telpon dendam J. Bete juga sih, tapi kebeteanku terbayar lunas pake bunga berbunga tujuh turunan. Ada pak Polisi yang mencoba menghentikan beberapa sepeda motor. Mungkin berharap ada satu dua pengendara yang gak bawa SIM, gak bawa STNK, gak pake helm SNI atau gak pake celana dalem (apaan sih?). Siapa tahu bisa digergaji, maksudku dimintain duwitnya gitu. Tapi yang bikin guwe girang bukan kepalang, semua pengendara yang di hentikan tadi, onderdilnya lengkap, helm, SIM, STNK, jaket, tutup pentil, peniti, jarum, lipstick ,blas on bulu mata palsu, parfum (stop-stop! Ini mo kerja apa mangkal ?) semua ada. Jadi menggergajilah sang pak pol. Dan dengan gaya sok gak butuh, mempersilakan kembali para pengendara tadi untuk melanjutkan perjalanan.

Kalian tahu apa yang guwe rasakan waktu itu? Rasanya guwe pengen turun, menyalami mereka satu persatu, dan kemudian memeluknya dengan penuh kehangatan, tapi guwe gak jadi, takut dikira homo stress.

Pernah juga ngeliat pak Pol pake helm di dengkul sambil naik sepeda motor. Guwe gak mau ber-suudzon dengan keadaan ini, maka guwe berpendapat bahwa mungkin sesuatu yang penting di kepalanya sudah berpindah ke lututnya sehingga perlu dilindungi sungguh-sungguh. Saran saya, SMS ke 9818, cuma satu rupiah kok, untuk melindungi dengkul pak Polisi labil tersebut. (Oi, itu SMS buat vote Komodo tauk!)

Melihat adegan tadi, guwe pengen teriak Cut! Cut! Ekspresinya mana? SIM lo mana? Kepala lo mana? Tapi urung, karena angkot yang guwe naikin, kali ini gak ngetem.

Ya sudahlah, eh, satu lagi, guwe pernah mau memfoto polisi labil di depan kantor guwe, polisi tersebut ngeboncengin istrinya, dua-duanya gak pake helm. Tapi sial, HP guwe keburu lobet. Selamatlah polisi tersebut dari tilangan guwe.

Oke…oke udah dulu ya, guwe gak mau mengada-ada tentang kelakuan pak Pol yang labil kek gitu. Semua yang guwe tulis tuh bener. Sumprit deh, kalo gak percaya silakan tanya toko sebelah.

Tapi percaya deh, tokoh-tokoh polisi di atas bukan polisi Indonesia lho, mungkin Polisi Diraja Malaysia yang sudah dinaturalisasi. :D

Jumat, Oktober 14, 2011

Kalow, KOMIK itu....maka guwe....




Guwe, (sebenernya geli setengah mati kalo nulis pake kata ganti guwe) mempunyai mimpi yang amat menggergaji (catet, istilah ini telah masuk dalam EYD, lho) mengenai komik. Dulu sekali guwe pernah menemukan komik tentang percintaan gitu. Waktu itu guwe masih belum sekolah (oi, belum sekolah aja udah tau percintaan!) Yelah, dilihat dari gambarnya, orang buta juga bisa menyimpulkan kaleee….

Kembali ke leptop, sejak SD, guwe mulai mengenal komik-komik Petruk Gareng karya Tatang S. Guwe sih gak mampu beli waktu itu. Guwe cuma bisa baca di rumah tetangga. Setelah itu, guwe baca komik surga-neraka, yang ngebikin guwe rajiiiiiin banget ngaji. Belakangan guwe baru nyadar, komikusnya pasti udah beberapa kali ditolak sama kuburan, secara, detil banget ngegambar situasi neraka, dan yang bikin guwe geli ngakak guling-guling adalah, disitu orang yang suka berzina disetrika, setrikaanya itu lho… yang konciannya gambar ayam gitu. Ente pasti tahu lah. Coba kalo komik itu terbit jaman sekarang, pasti setrikaanya ada mereknya, :D.

Guwe juga pernah baca komik Doraemon, Sinchan, Ninja Hatori, Panji tengkorak, Tintin, Komiknya Beng, Diyan Bijac, Asterix Obelix, komiknya Mujix, :D. Tapi guwe kurang suka komik-komik Jepang yang rambutnya lancip-lancip gitu, terus komik Princes-princesan gitu, yg cowoknya sok cool, jarang ngomong, Cuma bunga-bunga sama patern-patern gak jelas gitu di bekgronnya. Secara guwe kan laki-laki yang penuh kehangatan. :D

Oya, belum guwe jelasin ya? Mimpi guwe yang amat menggergaji itu? Baiklah-baiklah…

Dengerin ya…

1. Guwe pengen komik masuk kurikulum sekolah, dari sekolah dasar sampai kuliahan.

Bikin komik jadi pelajaran utama setelah Agama dan PKN.

2. Guwe pengen semua buku pelajaran pake komik. Teks diminimalisir.

3. Guwe pengen Menteri Pendidikannya komikus

4. Guwe pengen Presidennya bisa bikin komik, jangan cuma bisa nyanyi.

5. Guwe pengen acara-acara musik seperti dering, dahsyat, mantep, inbox, pesan, status (emang ada gitu?) diganti acara pamer karya komikus-komikus baru. Pasti gak bakalan ada tuh boibend sama abege labil yang masuk tivi cuma nari “cuci-jemur” (itu lho yg gerakannya cuma ngucek sama ngangkat baju).

6. Guwe pengen untuk fitenpropertes pegawe-pegawe gitu adalah bikin komik.

7. Guwe pengen kertas murah, terus gaji tukang cetak, tukang seting, tukang sapu, desainer, komikus, naik berlipat-lipat, gaji presiden, gubernur, anggota DPR, dan bupati turun.

8. Guwe pengen penerbit disubsidi pemerintah, bahan baku cetak-mencetak murah, sembako murah, bbm murah, blekberi murah, aiped murah juga.

9. Guwe pengen orang-orang yang bekerja di industry kreatif, dapet istri yang cantik, baik hati dan tidak sombong.

10. Guwe pengen sekolah-sekolah yang berpihak pada otak kanan diperbanyak dan dibantu sepenuhnya oleh pemerintah.

Ya udah deh segitu dulu mimpi guwe yang sangat menggergaji (udah masuk EYD lho). Guwe bikin tulisan ini supaya bukan cuma Beng Rahadian, Mujix, Rhoald, Diyan Bijac, Alfy, Oyas, teh Iput, teh Tita dan orang-orang yang memilih hidup menjadi komikus saja yang keren tapi juga guwe dan anak guwe ikutan keren !

Guwe,

Tempur Supinsil

Kamis, Oktober 13, 2011


Bunda, Ayah Sakit Jiwa....



Paris, sebelum subuh….

Bunda, Ayah harap Bunda membaca catatan ini. Ini bukan diary. Sebab kalau diary, kesannya banci banget kan bunda? Ayah menyebutnya jurnal. Seperti Ibrahim dan Musa yang tak pernah alpa mencatatkan kegiatannya tiap hari. Sangat jauh bunda, kalau ayah menyamakan diri seperti Ibrahim dan Musa. Mereka lelaki pilihan yang tahan tempaan dan ujian. Sedangkan ayah, lelaki ‘sakit’ yang selalu bunda kuatkan tiap hari. Ayah bersyukur bisa menikahi bunda.

Bunda tahu, kita berangkat dari kekosongan jiwa masing-masing. Pelan-pelan kita saling mengisi kekosongan itu. Bunda juga tahu, ayah belum pernah sekalipun bilang ‘I love you’ atau ‘aku cinta padamu’ pada bunda. Ayah hanya ingin selalu jujur pada bunda. Meskipun kadang kejujuran ayah menyakiti bunda. Dan pada saat ayah bisa mengatakannyapun, ayah masih belum setulusnya mencintai bunda. Kenapa? Karena ayah masih mengharapkan pelayanan bunda. Ayah masih berharap bunda mencemburui ayah. Sedangkan ayah menganut madzhab cinta yang mengatakan kalau cinta yang tulus adalah cinta yang tidak mengharapkan apapun dari orang yang kita cintai. Mencintai, itu saja.

Bunda…bunda tahu juga kan?kalau ayah ‘sakit’? Pikiran ayah jarang sekali bersemayam di tempurung kepala ayah. Bahkan saat ayah berkendara pun, pikiran itu melayang entah kemana…dan akhirnya kita bertengkar karena hampir-hampir celaka. Masih banyak daftar sakit ayah yang mungkin kalau bukan bunda, tak akan sanggup dia mendengarnya. Ayah pernah bilang ke bunda kalau ayah punya kecenderungan ingin menghabisi seseorang. Bunda dengar itu. Dan bunda tetap tenang mengingatkan ayah agar itu jangan sampai terjadi. Daftar sakit ayah macam-macam, ayah mungkin psikopat, ayah juga menderita oedipus complex. Mengerikan sekali bukan? Tapi ayah masih bersyukur, ayah tidak menderita Schizophrenia. Amit-amit ya bunda, Naudzubillah.

Mungkin ayah kelihatan baik diluarnya. Bunda pernah dengar juga kan? Curhat ayah tentang sebuah nama yang begitu berkarat di benak ayah, nama yang seharusnya membuat bunda begitu cemburu—tapi bunda tidak. Padahal ayah tahu itu pasti sangat-sangat menyakitkan waktu bunda mendengarnya. Bunda sering protes melihat meja ayah berantakan, bekas koran, buku, gelas kopi, kertas,alat tulis dan tempat tidur yang berantakan. Ayah selalu berlindung di balik ‘otak kanan’. Ayah selalu berdalih kalau seseorang yang dominan menggunakan otak kanannya pasti akan mempunyai ciri-ciri seperti di atas.

Oya ayah pernah curiga kalau yang menyebabkan ‘sakit’ ayah adalah adanya makhluk lain yang bersarang di benak ayah. Dan kita sepakat untuk mengeluarkan makhluk itu melalui cara-cara yang syar’i. Tapi setelah ayah cari-cari informasi di internet, banyak dari mereka yang mengklaim bisa menyelesaikan ‘penyakit rohani’ seperti yang ayah derita ternyata banyak yang tidak menggunakan cara-cara syar’i. Akhirnya bunda menyarankan agar ayah bisa mengendalikan diri, mengendalikan ‘makhluk-makhluk jahat’ yang bersarang di kepala ayah. Ternyata ayah bisa. Ayah bisa sembuh, bunda. Ayah bisa ‘bermain-main’ lagi. Ayah menyebutnya bangkit dari dekapan uap neraka. Ayah bahagia, demikian juga ayah lihat dari mata bunda.

Tapi ayah heran, kenapa semenjak ayah sembuh, bunda jadi rajin memeriksa ponsel ayah? Bunda jadi curiga kalau ponsel ayah berdering malam-malam? Apakah ini tandanya kalau bunda sudah bisa mencemburui ayah, setelah bertahun-tahun kita menikah? Ayah tidak tahu harus bagaimana, bahagia atau khawatir? Tapi yang jelas ayah tidak nyaman kalau bunda terus-terusan mencemburui ayah.

Bunda, pagi ini ayah sedang berada di Menara Eifel. Dingin sekali bunda, sedingin hati ayah. Ayah menggenggam sepucuk revolver dengan lima peluru. Ayah menyelinap semalam. Ayah juga tidak tahu kenapa ayah bisa melewati penjagaan aparat. Ayah tidak takut apa-apa lagi. Tekad ayah sudah bulat. Selamat tinggal bunda, maafkan segala dosa ayah.

Oya bunda pikir ayah mau bunuh diri ,ya? Atau ayah mau membunuh seseorang? Tidak bunda, ayah cuma gemas pada lampu-lampu yang menghiasi menara sialan ini. Ya lima peluru untuk lima lampu. Ayah kira cukup. Ayah hanya ingin kencing dari atas menara sialan ini tanpa dilihat orang, Bunda.

Senin, Oktober 10, 2011

Pinsil Tempur itu... (You must read)

Sebentar lagi Tempur Supinsil berulang tahun, untuk itu, dikumpulkanyalah (bener gak sih bahasanya?) pendapat teman-temanya mengenai dirinya. Maunya sih sebagai pengingat bagi dirinya untuk melangkah lebih jauh. Siapa tahu kalau nanti terkenal, itu akan menjadikan dirinya berkaca, bahwa begitulah kira-kira sifat aslinya, agar tidak sombong, salah jalan dan menuju ke lembah kenistaan :D

Jadi suatu hari nanti kalau anda menemukan sebuah buku berjudul “Tempur Supinsil : a life”, mungkin anda akan menemukan sebagian dari tulisan ini tercetak di sana. Semacam endorsmen, testimoni, atau apa gitu. Inilah komentar mereka : Tempur Supinsil itu….

Olala Beibe (istri) : Ayah kerjaanya bikin berantakan melulu, setiap baca Koran, nggambar, semua gak dibalikin ke tempat semula. Pokoknya rariweuh. Apalagi gelas kopi ada di mana-mana, pikaseubeuleun pisan.

Ibang (anak) : Ayah udah gede masih takut tikus

Yosi (bos) : Waktu jaman masih jadi tukang cetak, kerjaannya baca komik dan nggambar melulu, gak tahu cetakan pada kotor, setelah jadi tukang setting, kerjaanya browsing dan pesbukan melulu, menyebalkan.

Paerte (RT) : Jarang ikut ronda, jarang ikut reriungan, jarang pulang. Ini warga aneh

Mak Encop (mertua) : Kalau disuruh bantu-bantu kerja di sawah, berangkatnya paling siang, pulangnya duluan, sesudah itu tidur. Pikaseubeuleun!

Sri &Trisna (tetangga) : kayaknya hidup dia kurang lengkap dan bahagia sebelum gangguin dan bikin nangis anak saya.

Nisa (keponakan) : Om aku udah gede, gak mau diciumin lagi

Nana (warung sebelah) : Datang ke warung aku cuma dua hal yang dia lakukan, kalo gak beli kopi, ya beli promag.

Nawan (teman kos) : Orangnya kreatif, pengen bikin perusahaan film sekeren Pixar studio, tapi kadang-kadang pikirannya mesum.

Ucok (sopir angkot) : Kau muzti percaya, uang zeribu kembalian ongkoz angkot diributkannya, bah, menyebalkan kali! (ingat : dizini tak ada huruf e, tapi e, mmm… makzudku… ah kau pazti tahu makzudku)

Mono (tukang jual ketoprak) : Setiap sore selalu mengajukan pertanyaan yang sama ; “Abang jualan di sini ya? Udah lama?”

Nur (karyawati Alfamart) : Selalu bilang ada salam dari temennya, padahal dia yang naksir aku.

Gestetner (mesin cetak) : Be*ok apa gila kali, aku selalu diomelin, ditendang, dibentak, diajak ngobrol. Pokoknya mah ngeri, kalo dia udah mulai nyetak….

Intan (sahabat pena -Aceh) : Rajin banget bikin puisi,aku sih belum pernah ketemu orangnya, tapi kurasa orangnya romantis tapi nakal plus jorok

Anisa Rahma (personel Cherry Belle ) : Denger namanya aku langsung terpukau, sayang ya, dia udah merid..:(

Putri Jessika (personel 7Icons) : oh Supinsil, aku padamu…

Santi (mantan gebetan) : Puisi dari kamu, aku kasih ke cowok aku lho…

Tempur Supinsil (aku) : mmm… kasih tau gak ya???? (yang harusnya komen tuh orang lain be*ok!!)

Mimiaww (kucing tetangga) : Aku dendam sekali padanya, kepalaku pernah ditendang gara-gara aku berak di kamar mandinya.

Sodara-sodara, begitulah kira-kira pendapat orang-orang (oi! Ada kucing, ada mesin juga!), mmm… iya, iya… mengenai Tempur Supinsil. Orangnya keren ya? Oleh sebab itu di ulang tahunnya inantii, kita do’akan moga-moga Allah tetap melimpahkan kesehatan, kekayaan, kegantengan, dan menghilangkan kebego-an yang melekat pada dirinya. Siapa tahu nanti kalian akan tercatat di buku Biografinya.

Senin, Oktober 03, 2011

Kopi itu Minuman dari Surga #2


Entah untuk berapa kali aku menceritakan tentang ini kawan. Serbuk hitam yang dihasilkan dari biji yang dipanggang ini sungguh mempesona. Sehingga waktu kecil aku pernah ngawur berteori kalau surga itu ada dilangit dan suatu hari surge bocor dan menumpahkan sebuah biji , tumbuh dan berkembang. Yang kelak manusia menyebutnya kopi. Bukan tanpa alasan kalau aku berteori seperti itu kawan,

Sejak kecil otakku telah terkontaminasi olehnya. Semenjak umur tiga tahun otakku sudah di manja oleh zatnya yang bernama kafein. Sebelum makan pagi, ibuku selalu membuat dua gelas kopi. Untuk nenek dan ayahku. Dan bagian nenek itulah yang selalu aku habiskan. Ya, kopi hitam tanpa susu. Yang terkadang diseduh dengan gula merah. Wuih, kau tahu pasangan apa yang cocok? Singkong dan pisang bakar. Mantap sekali kawan. Serasa dunia milik sendiri.

Leluhurku telah menanam pohon ini berpuluh tahun sebelum ayahku lahir. Bahkan sebelum nenekku lahir. Sehingga dipekarangan depan dan belakang rumahku di penuhi pohon ini.Pohonnya tinggi menjulang, bercabang dan rindang. Entah dari jenis apa yang kakek buyutku tanam ini. Waktu aku kecil, aku seakan menjadi Tarzan. Kami selalu memanjat dari pohon yang satu dan melompat-lompat ke pohon lain sampai puluhan meter. Tapi aku paling tidak suka kalau harus membantu memanennya. Banyak semut. Kalau laskar semut ini mengeroyokmu kawan, tak ada pilihan lain selain melompat dari ketinggian tiga-empat meter untuk menyelamatkan diri.

Kami kadang harus berebut dengan bajing dan luwak. Buah yang merah ranum dan gendut, selalu menarik kawanan bajing yang entah bersarang di mana. Atau luwak yang selalu menyerbu di malam hari. Mereka sebenarnya tidak memakan biji-biji yang kami perlukan. Tetapi kulit buahnya. Kulit buah kopi yang merah kehitam-hitaman kalau dimakan terasa manis. Nah kotoran yang di keluarkan oleh luwak tadi, yang dinamakan kopi luwak. Kopi yang harganya kelewat mahal. Karena telah terfermentasi oleh system pencernaan binatang yang bernama latin Paradoxurus hermaphrodites. Kau tahu bentuk kotorannya? Semacam kacang tanah yang berlapis coklat. Menggumpal menerbitkan selera. Kami sering mencari buah kopi yang terjatuh di kebun tetangga, biasanya ketika kami butuh jajan atau membeli bola plastik. Kalau kami menemukan kotoran luwak, wuih serasa rezeki nomplok, sebab kita tinngal mencucinya, tidak perlu mengupas dan menumbuknya. Dan ketika di jadikan bubuk, nikmatnya tak terkira. Pantas di Amerika sana kopi ini terkenal sekali. Dan saat ini kopi merupakan komuditas nomor dua yang diperdagangkan setelah minyak bumi. Jadi tunggu apalagi? Minumlah kopi dan otakmu akan bekerja lebih cepat dan lebih baik.

Rabu, September 21, 2011

bingung

Bingung nih masuk bloger sedang bermasalah... masuk belum konfirmasi email kok sudah di Dasbor orang dengan Akun dan nama blog lain sih?

Selasa, September 20, 2011

Pensil itu sesuatu banget…



Belum lama ini aku membaca majalah komik, Comical Magz. Di situ ada sebuah note yang mengatakan bahwa sebuah pensil bisa menggoreskan garis sepanjang 56 KM. Itu sama dengan jarak dari Jakarta – Bogor. Keren kan?

Yang aku omongin kali ini memang pensil. Alat tulis yang dibuat dari grafit yang dibungkus dengan kayu. Bukan Tempur Supinsil yang super duper keren itu. Tapi mari kita sama-sama mengakui bahwa kedua-duanya memang keren.

Aku mengenal pinsil mulai di TK, tapi karena di TK jarang menulis dan menggambar, aku benar-benar menggeluti pensil waktu kelas satu SD. Temanku, namanya Dirin, yang pertama menghadiahi aku sebatang pinsil yang tinggal separo. Pendek sekali. Itupun sudah diraut atas bawah. Aku senang bukan main. Aku menyukai pensil itu lebih dari pensil baru yang ibuku belikan.

Sampai kelas tiga, aku masih suka menggunakan pensil. Tapi setelah kelas empat sampai SMA aku jarang sekali menggunakannya. Maklum, budaya catatmania sudah menguasai dunia persilatan, mm… maksudku dunia pendidikan. Jadi pulpen sudah mulai digunakan. Gak seru kan? Di depan bu guru mendikte dengan kecepatan balapan formula satu, aku menulis menggunakan pensil dengan kecepatan keong. Pulpen yang jadi solusinya. Walaupun hasilnya lebih parah. Kali ini bukan keong tapi ceker ayam (pin, ngomongin apa sih?)

Untuk gambar menggambar, sekolah gak mengakomodir. Belajar cuma berkutat matematika, bahasa, dan IPA IPS. Bosen banget gak sih? Pelampiasannya ya memakai arang bekas kayu bakar. Bikin graffiti di papan rumah, tembok sekolah, bahkan tembok masjid. Pensil masih rutin digunakan waktu sekolah Arab (Madrasah Diniyah). Tiap sore. Biasanya sih digunakan untuk menulis khatt (menulis indah huruf arab). Disinilah aku pernah dikhianati pabrik pensil seperti yang pernah aku ceritakan di tulisan sebelum-sebelumnya.

Aku masih ingat sekali bau pensil yang berkhianat itu. Sore itu, sekolah hampir mulai, sedangkan aku tidak punya pensil. Akupun minta uang pada ibuku. Ternyata yang aku beli pensil kualitas abal-abal. Diraut patah, diraut lagi patah lagi. Begitu seterusnya sampai nyaris gak bersisa. Sialan banget tuh pabrik. Bikin pensil aja gak niat, apalagi bikin mobil (pin, kita ngomongin pabrik pensil! Ingat itu! Jangan bawa-bawa mobil, berat!). Kemudian aku seperti putus hubungan dengan pensil. Tapi aku masih ingat bau pensil pengkhianat itu. (iya, iya)

Bertahun kemudian, aku bekerja di percetakan. Jadi operator mesin. Jadi sambil menunggui hasil cetakan, aku biasanya corat-coret dengan pensil di kertas bekas yang jelas-jelas melimpah. Pada saat itulah Allah meniupkan ilham di kepalaku. Membisikan sebuah nama yang sangat memesona : PINSIL TEMPUR!

Tak perlu lagi kujelaskan apa arti dan filosofinya. Yang jelas, aku berharap dengan modal pensil, aku bisa nempur beras. Bukan cuma itu, aku berharap bisa berbuat sesuatu bagi hajat hidup orang banyak.

Pokoknya, Pensil itu sesuatu banget…

Senin, September 12, 2011


Cerita tentang teman-temannya Raden Mas Tempur Supinsil

Setelah melewati liburan Idul Fitri kemarin, Raden Mas Tempur Supinsil kembali teringat kenangan-kenangan masa lalunya. Dan pada episode kali ini, Supinsil akan menceritakan orang-orang yang telah mewarnai kehidupannya. Terutama masa-masa SMA.

  1. Pak Amin, beliau adalah kepala sekolahnya Supinsil. Orangnya tegas, disiplin, tapi humoris. Jangan coba-coba berseberangan dengannya kalau tidak ingin punya masalah berbulan-bulan. Supinsil pernah ‘melawan’ beliau. Dia tidak mau ketika dipilih menjadi pasukan pengibar bendera pada acara tujuhbelasan di Kecamatan Kalibening. Hubungan menjadi tidak harmonis selama berbulan-bulan hingga berakhir setelah terjadi beberapa ‘kesepakatan’.Oya beliau juga orator hebat. Pidatonya keren. Pak Amin pernah dicalonkan menjadi Bupati Banjarnegara. Dan sekarang beliau menjadi wakil rakyat dan bertugas di DPRD I Jawa Tengah.
  2. Pak Ali, beliau guru Bahasa Indonesia-nya Supinsil. Orangnya lucu. Kadang-kadang Supinsil bingung kelas atau acara lawak. Tapi kalau lagi galak, jangan pernah main-main dengannnya. Walauwwwpuuuuun (ini kata-kata yang paling diingat Supinsil) begitu, beliau orangnya baik. Dan beliaulah yang memberi semangat pada Supinsil untuk menjadi penulis. Ada FB-nya loh… tapi sayang jarang onlen.
  3. Bu Emi, Guru Tata Negara –nya Supinsil. Beliau ini guru yang paling baik seantero SMA Muhammadiyah Kalibening. Jarang marah. Plus tidak pelit. Pokoknya keibuan banget deh. oya dulu ada FB-nya juga, sayang sekarang gak ada lagi.
  4. Bu Tri. Ini guru Biologi-nya Supinsil waktu kelas I dan kelas II. Disiplin, cantik plus rada-rada jutek gitu. Jangan main-main dengannya karena urusannya pasti dengan kepala sekolah. Bu guru yang satu ini masih utang pada Supinsil bab reproduksi manusia. Padahal Supinsil sudah rajin masuk waktu pelajaran hampir-hampir mendekati bab reproduksi ini. Tapi sayang, bab ini dilewati begitu saja sama bu Tri. Supinsil kecewa.
  5. Bu Lis. Guru Ekonomi-nya Supinsil. Orangnya baik , cantik dan keibuan,tapi kaca matanya twwweeebeeeeel pisan. Masalah ekonomi dan tetek bengeknya, beliau jagonya. Kalau Supinsil melihat Sri Mulyani, pasti ingat beliau. Supinsil berutang nilai yang bagus pada beliau ini. Dan sudah ditebus waktu kuliah dengan dapat nilai A pada mata kuliah Akuntansi. Setelah itu, Supinsil DO.
  6. Pak Leman. Guru Bahasa Arab-nya Supinsil. Orangnya terlalu ngeblur. Maksudku terlalu kurang menjaga wibawa sebagai guru. Bingung, guru apa temen. TTM, temen tapi mengajar, ya gitu deh. Kalau kamu kepingin kelas tanpa tugas dan kamu bisa ngantuk atau melamun, ajukan pertanyaan. Maka beliau akan menjelaskan panjang lebar sampai kelas berakhir.
  7. Bu Nur, Guru Bahasa Inggrisnya Supinsil waktu kelas I. Orangnya cantik sekali. Pokoknya sesulit apapun, pelajaran Bahasa Inggris periode ini, sangat-sangat dirindukan. Stt… diam-diam Supinsil dulu jatuh cinta padanya. Sampai hari ini Supinsil masih penasaran tentang bentuk rambut Bu Nur, apakah lurus, keriting atau ikal. Bu Nur ada FB-nya loh…
  8. Pak Edy. Guru matematika Supinsil. Orangnya cool kaya biang es. Supinsil sama guru yang satu ini sedikit bermasalah. Entah kenapa.
  9. Udin N. Temennya Supinsil sejak MTs. Pendiam, punya kemampuan bermusik di atas rata-rata. Dia juga temennya Supinsil berlatih silat. Sepanjang pertemanan dengannya, Supinsil belum pernah ribut atau berseberangan dengannya. Sekarang Udin sudah punya grup band dan grup ndangdut yang ditanggap kemana-mana. Tampangnya, tipikal seniman sejati, gondrong , kurus dan tinggi. Semoga suatu hari nanti bisa mewarnai dunia musik Indonesia.
  10. Kahfi. Temennya Supinsil. Rapinya bukan main. Kalau ada nilai untuk kerapihan antara 1 sampai 10, maka nilainya pasti 9,5. Jalan pikirannya lurus, gak neko-neko. Minatnya yang besar pada politik, membuatnya jago analisis. Hidupnya lurus dan rapi. Tidak seperti Supinsil yang rebel dan gembel.
  11. Ridwan, Temennya Supinsil sejak MTs. Hobinya meledek Supinsil dari jaman MTs. Waktu sekolah punya tato A-Mild di tangannya. Sekarang jadi orang Sidoarjo. Pada dasarnya dia sayang sama Supinsil.
  12. Nur Mardlotillah. Temennya Supinsil sejak MTs. Otaknya yang encer, menjadi sasaran contekkan Supinsil. Dia lebih pandai dari Supinsil.Pokoknya dia yang rajin belajar, Supinsil yang memetik hasilnya.
  13. Indaryati. Temennya Supinsil. Anaknya manis. Otaknya encer, logatnya lucu. Pokoknya dia lebih pandai dari Supinsil. Sudah sebelas tahun Supinsil tidak ketemu. Katanya sih Supinsil rada-rada kangen. Punya FB gak ya dia.
  14. Endriyana, temennya Supinsil sejak MTs, tapi waktu kelas 3 dia masuk IPA, supinsil masuk IPS. Anaknya baik, manis dan gawul hmmm maksudku gaul. Dia inilah yang menyarankan Supinsil untuk memelihara kumisnya. Sekarang Supinsil loskontek dengannya. Padahal Supinsil lumayan kangen, katanya. FB-nya belum ketemu. Ada yang tahu?
  15. Winasih, ah, cewek yang satu ini lumayan berarti bagi Supinsil. Dialah yang pertama kali mengajari bagaimana rasanya kasmaran, kemudian bagaimana rasanya ditolak, dan bagaimana rasanya dicuekin. Supinsil masih suka kangen tapi ya sudahlah… kata Supinsil.
  16. Kholilah. Adik kelas yang dulu pernah ditaksir Supinsil. Cantik, manis dan pinter. Komposisi wajahnya yahud. Tapi bagi Supinsil yang paling manis adalah hidungnya. Nilai Seratus. Supinsil tidak pernah bisa mengungkapkan. Baru setelah lulus, Supinsil bisa mengungkapkannya. Itupun cuma lewat surat dan kemudian dibalas sama calon suaminya. Supinsil stress.

Itulah orang-orang yang mewarnai Supinsil semasa SMA. Masih banyak yang lain. Tapi ini dulu deh. Apabila ada kesamaan nama tokoh dan tempat, Supinsil memang sengaja.