Rabu, November 09, 2011

Pinsil tempur, selamat ulang tahun ya...


“Tidak ada kematian yang mendadak, elmaut sudah menyebarkan intelnya bertahun sebelum ia sendiri datang. Seperti anggota CIA dan secret service mengobok-obok Jakarta tiga bulan sebelum Obama mampir makan bakso di Istana merdeka” (Tempur Supinsil)

Bulan sudah jadi November ya? Bertahun lalu, aku dilahirkan pas di bulan November. Bulan yang sering kali diwarnai hujan. Hujan yang manis, seksi, melankoli, dan menggairahkan.

Aku dilahirkan setelah ngumpet di rahim ibuku selama sembilan bulan ( ketika anak lain umur sembilan bulan sudah bisa jalan, sudah bisa ngomong, aku baru lahir) Aku kemudian berteori, lelaki yang ditakdirkan Allah lahir di bulan ini, akan menjadi lelaki melankolis, dingin, dan penuh gairah.

Aku selalu merasa galau ketika bulan November datang. Betapa banyak waktu yang sudah Allah sediakan, menguap sia-sia. Menyisakan penyesalan selama sebulan ini, kemudian berulang begitu sejak beberapa tahun lalu. November bagiku adalah bulan pengumuman dari semua hasil kerja, hasil olah pikir, akhlak, sikap, sifat dan perbuatanku sebagai seorang manusia, seorang anak dan sekarang sebagai suami dan orang tua.

Aku semakin tua, kantung mata dengan bangganya bertengger di bawah kedua bola mataku yang indah, gurat-gurat keriput bermunculan di sana-sini. Uban semakin berlomba tumbuh di kepala. Intel-intel malaikat maut sudah bertebaran di setiap penjuru, mengalir ke setiap pembuluh darah. Menunggu komando untuk menyerang, melumpuhkan dan membuatku terbujur kaku, membiru dan menimbulkan bau.

Aku semakin ganteng (rrrr… ada yang gak suka). Maksudku, aku semakin jauh dari seharusnya seseorang menjadi dirinya. Seumuranku seharusnya sudah mempunyai rumah, mobil dan usaha yang mapan. Tapi aku? Hanya karyawan kecil yang bekerja eijtufaif. Yang akan lompat-lompat salto kalau hari jum’at tiba. Yang gajinya minimalis, banyak utang dan sering bolos. Ibadahnya bolong-bolong, tukang bohong, dan otak yang kosong melompong. (mau jadi apa emangya?)

Apakah yang terjadi sekarang adalah buah yang pernah aku tanam bertahun-tahun lalu? Dimana aku menitipkan mimpi pada Allah, tetapi aku bersungut pesimis ketika sebuah ujian kecil menghampiri? Apakah waktu itu aku menitipkan mimpiku kurang sungguh-sungguh? Atau sebenarnya sungguh-sungguh tetapi ketika aku mengambilnya kembali terlalu bermalas-malas?

Aku adalah sebuah produk pendidikan yang gagal. Terlalu banyak yang aku pelajari tetapi tak ada bekas sedikitpun hari ini. Terbata-bata, bingung mau jadi apa kelak, walaupun dulu pernah pingin sekali jadi seniman kaya, tapi kini Cuma jadi hanuman obong.

Suatu hari di tahun ini, aku pernah hampir game over, ketika aku terbangun di suatu pagi tiba-tiba dada kiriku terasa sakit yang amat sangat. Dibawa bergerak atau sekedar bernafaspun sakitnya bukan main. Kata dokter, jantungku bermasalah. Deg. Aku membayangkan kalo orang sakit jantung, jalan satu-satunya adalah operasi. Uang dari mana?. Untuk memastikan, aku menjalani serangkaian pemeriksaan yang menurutku hanya pantas untuk orang-orang kaya. Orang miskin sepertiku, jauh-jauh deh dari proses tetek bengek brengsek semacam itu. Stt…. Hanya satu sisi positif dari proses tadi. Dokternya cantik banget.

Setelah hasil pemeriksaan muncul, aku sedikit lega. Jantungku baik-baik saja. Rasa sakit hebat yang timbul adalah karena darahku mengalami pembekuan tiga kali lebih cepat daripada orang kebanyakan. Aku mengalami metabolisme lebih cepat dari pada orang-orang. Suhu tubuhku lebih panas daripada orang lain, walaupun aku dalam kondisi sehat wal afiat. Kalau aku berkonsentrasi, telapak tanganku bisa mengeluarkan api seperti Pangeran Zuko dari Kerajaan Api atau Ultraman waktu mengalahkan monster yang mengobrak-abrik kota Tokyo (yang ini bohong deng J)

Tapi rasa sakit itu tetap ada. Hingga suatu malam aku rasa malaikat maut sudah siap menjemputku. Badan panas, dada semakin sakit. Aku sudah siap waktu itu. Setidaknya aku bahagia, karena kalau malam itu aku jadi mati, berarti aku mati dipelukan istriku. Bukan mati merana di kamar kos sendirian.

Alhamdulillah, setelah aku menjalani proses bekam berulang kali ,Allah masih memberi kesempatan padaku untuk berbuat lebih baik daripada kemarin-kemarin. Memberi waktu untuk galau, untuk terus diuji dengan tipuan-tipuan dunia, apakah aku akan menang atau akan mati jadi pecundang. Naudzubillah.

Allah masih memberiku kesempatan untuk menyebarkan semangat positif. Karena hanya semangat yang aku punya.

Entahlah, yang jelas, sebentar lagi aku ulang tahun. Kalau mau memberikan hadiah ke aku, berilah hadiah buku. Itu saja….

1 komentar:

megamendungkelabu mengatakan...

hahahaha
selamat ultah ya om,,,
postingannya serius banget XD