Senin, November 28, 2011

Jadi Edward Cullen dan ketemu Ayah Edy


Hari-hari ini aku mengalami yang namanya long week end. Oke, ada keganjilan dalam dunia perkalenderan. Kalender di ruanganku, sabtu 26 Nopember ini jelas-jelas merah. Jadi seminggu sebelumnya otakku telah aku set untuk libur. Pas hari Jum’atnya ternyata kalender di ruangan bos untuk tanggal yang sama tidak merah. Aneh kan? Sampai-sampai bos menyempatkan diri untuk menelpon temannya, apakah kalender temannya itu merah atau hitam untuk tanggal 26-nya.

Ibarat undang-undang, sekeren apapun ia, tidak mungkin kan UU-nya Malaysia di pake di sini? Atau sebaliknya UU Indonesia di pakai di Zaire atau Uganda? Ya sudah akhirnya bos menyetujui tanggalan yang ada di ruangan saya. Artinya, sabtu ini libur. Gak penting banget kan? Biarin.

Oke, lanjut. Anggap saja dua paragraph di atas gak ada. Aku pulang sudah agak malam. Gara-garanya, charger HP istri, terbawa di ranselku, sedangkan charger HPku, tertinggal di kantor, dua HP itu merknya berbeda dan sama-sama lowbat. Jadi istriku gak bisa menghubungiku begitu juga sebaliknya. Sehingga yang biasanya istriku menjemput ke terminal, tidak bisa. Dari terminal, aku jalan kaki. Lumayanlah untuk sekedar ngos-ngosan. Sesampai di rumah, anakku langsung minta naik keliling sepeda. Tapi buru-buru aku bikinin susu. Biar ngantuk. Sory boy, ayah capek.

Sabtu, aku bangun pagi-pagi. Istriku menyeduhkanku kopi hitam yang keren. Sesudah itu, baru Gibran bangun. Mandi, kemudian mengajak naik sepeda. Tapi karena ban sepedaku kempis, kami mampir dulu ke rumah Azzam untuk pinjam pompa. Tapi kata mbaknya, Azzam sedang berenang bersama sepupunya yang dari Lampung. Kami kemudian memompa sepeda di bengkel deket danau. Balik ke komplek, ada acara penanaman pohon yang dilakukan anak-anak kecil dari eco culture-nya group Ciputra gitu. Anakku gak mau ikut, padahal temennya, Billy ikut dengan seragam kebesaran. Maksudku, seragamnya terlalu besar untuk anak play group, karena panitia sepertinya mencetak kaos untuk ukuran anak SD kelas 4 atau 5 gitu. Ada beberapa tetangga yang ikut.

Setelah sarapan, Gibran minta diajarin menggambar. Aku buatkan beberapa gambar binatang. Lalu dengan cukup antusias, ia mulai meniru gambar yang aku buat. Tapi finishingnya itu lho yang bikin aku kaget. Beberapa binatang digambar cukup sempurna,setidaknya untuk ukuran seumuran dia. Malah terlalu sempurna. Karena ditambahin gambar alat kelamin.

Gak lama kemudian,keponakan-keponakanku datang untuk meminjam laptop. Farel yang suka les privat sama istriku datang. Aku mencuci sepeda motor dan sepeda bukan motor. Maksudku sepeda downhillku. Gibran mencuci sepedanya sendiri. Setelah itu, aku perlu ke tukang obat karena sejak Jum’at pagi kemarin tubuhku bentol-bentol merah seperti ibu-ibu salah KB.

Aku ke tukang obat Cina di belakang Sabar-subur Citra Raya, percaya deh aku dikasih obat yang biasa mereka rekomendasikan untuk ibu-ibu salah KB dengan hormon tidak teratur atau semacam itulah. Sekalian mampir ke tukang buku loak. Beberapa hari yang lalu istriku memesan buku ke sana. Ternyata buku pesanan istriku itu belum ada. Akhirnya aku membeli buku komik Revolusi-nya Jitet Koestana & Darminto M. sudarmo. Juga sebuah Chicklit terjemahan gitu. Judulnya Wanderlust. Peduli amatlah dibilang aneh, kalo aku bapak-bapak tapi baca chiklit. Yang komik Revolusi dulu sudah punya tapi hilang. Yang chiklit, ceritanya sangat tidak Indonesia. Tapi penuturan ceritanya keren dan menggergaji.

Dua orang keponakanku masih mengetik. Istriku masih mengajari si Farel. Gibran dan Memey masih heboh bermain. Tidak berapa lama, mereka istirahat. Istriku masak, menggoreng ubi dan menyeduh kopi. Ini gelas kopi kedua hari ini. Tapi sayang, generasi penerus bangsa yang bentuknya bulat-bulat montok itu tiba-tiba menyerbu gelas kopiku rame-rame. Jadi nanti kalau pabrik kopi merajalela di Indonesia, sepertinya aku layak mendapat royalty karena peranku dalam menyebarkan virus cinta pada si hitam yang seksi itu. Kemudian istriku menyeduhkan satu gelas kopi lagi untukku. Keren ya istriku?

Malam Minggu-nya, Gibran seperti biasa mengajak bersepeda. Oke, kami bersepeda keliling komplek. Beberapa kali kami berpapasan dengan anjing yang jalan buru-buru sambil pamer lidah. Mungkin sudah kebelet untuk mencari semak-semak untuk bersenang-senang atau apa gitu. maklum malam minggu :P . Anakku… maksudku kami tidak takut anjing untuk keadaan-keadaan tertentu. Tetapi kalau anjing itu pamer gigi dan suara, bukan sekedar pamer lidah, kami, dua cowok hitam manis yang sedang asik naik sepeda ini, akan berubah menjadi seganteng Edward Cullen ( baca : sepucat Edward Cullen :D)

Paginya, jalanan Citra Raya penuh oleh manusia-manusia yang rajin olah raga. Apalagi khusus hari ini dalam rangka acara Eco Culture-nya group Ciputra, jalan santai kali ini ada dorprizenya. Sebuah sepeda. Aku dan anakku beli buncis, ikan dan daun bawang untuk sarapan. Tadinya mau beli koran dan tahu bulat. Tapi entahlah tukang jualan hari ini bener-bener gak ada sama sekali. Acara makan tahu bulat sambil ngopi batal. Istriku di rumah masih menyetrika.

Setelah acara sarapan yang keren itu, kami harus buru-buru ke mall Living World untuk menghadiri acara off air Diary Bunda (acaranya antv) dengan pembicara Ayah Edy. Seorang praktisi Multiple Intelligence dan Holistic learning, penggagas program Indonesian Strong From Home, penulis buku dan sederet profesi keren lainnya. Kami sudah beberapa kali ketemu dan ngobrol dengan beliau. Kali ini aku ingin minta tanda tangan untuk kalender yang aku buat sebagai hadiah bagi teman-teman yang tadinya kepingin datang tapi tidak bisa karena beberapa sebab.

Ada beberapa sesi termasuk Tanya jawab. dan foto-foto. Aku istriku dan Gibran juga termasuk teman istriku ikut foto-foto. Tapi sayang aku gak bawa kamera. Jadi foto-foto yang seharusnya aku upload hari ini belum bisa. Karena filenya terbawa di kamera teman istriku. Waktu difoto disamping Ayah Edy, Gibran tidak lupa teriak buncissss sambil pose imut tentunya. Tapi teriaknya pelan banget.

Baiklah aku ceritakan apa saja isi talkshow tersebut. Temanya optimalisasi periode emas anak. Intinya anak-anak dalam periode emas itu (balita) adalah masa-masa yang rawan dan perlu perhatian dan penanganan yang cukup ekstra. Bukan hanya ibunya, tapi juga peran ayah ikut menentukan suksesnya periode ini.

Periode Emas Pertumbuhan Otak dimulai sejak trismester ke-tiga kehamilan sampai bayi berusia 4 tahun pada periode emas ini, diperlukan Asam Lemak Esensial yaitu Asam Lemak Omega-3 (DHA) dan Omega-6 (AA). Selain itu,pada masa ini, anak tidak boleh banyak menerima larangan. Satu kata "tidak" telah menggagalkan sekian penyambungan sel-sel otak. Bayangkan kalau setiap kali anak mencoba hal-hal baru, kemudian dilarang, maka berapa sel yang gagal tersambung?.

Salah satu tips yang diberikan Ayah Edy ketika kita memiliki anak usia emas adalah, jangan beli barang-barang mahal. Karena ketika mereka mencoba mengeksplorasi barang kita, kemudian dibanting, kita tidak sayang. Belilah barang-barangmurah, misalnya HP yang murah, kalau Nex**an sudah murah, belilah Beforian yang lebih murah. XD

Sorenya kita pulang. Ngopi lagi, bersepeda lagi.

2 komentar:

megamendungkelabu mengatakan...

bunchiiiiiiiiiiiiiiiiiis

pinsiltempur mengatakan...

ha..ha..ha...