Jumat, Desember 02, 2011

Kecewa cita-cita sejuta umat


Hai kawan, kemarin aku, maksudnya kami dari TK Laskar Semut berkunjung ke Kidzania. Di sana kami bisa bermain peran seperti orang dewasa. Kami bisa jadi pilot, polisi, foto model, reporter TV dan lain-lain.

Kami bangun pagi-pagi dan bersemangat sekali waktu berangkat. Bahkan ada temanku yang tidak bisa tidur semalaman menunggu pagi. Alhasil di bis mereka pada mabuk. Entahlah, karena masuk angin atau kurang tidur.

Dengan kaos yang bertuliskan nama kami masing-masing, kami tampak keren. Aku diantar mama, begitu pula dengan teman-temanku, diantar mama atau papanya. Aku juga tidak lupa membawa Spirou. Kali ini mama tidak protes. Stt…aku pikir kalau aku ngambek dan tidak mau ikut, mama pasti kecewa, karena sebenarnya mama juga ingin sekali jalan-jalan.

Salah satu alasan bu guru mengajak kami ke Kidzania adalah memperkenalkan kepada kami lebih dari seratus profesi yang bisa kami pilih kelak daripada sekedar empat profesi yang selama ini menjadi idola orang tua dan leluhur kami .

Pukul sembilan pagi, kami tiba di sana. Kemudian ibu guru mulai mendaftar atau apa gitu, dan akhirnya petualanganpun dimulai. Teman- temanku mulai mengambil peran yang diinginkan. Kebanyakan sih maunya jadi polisi, pilot, atau dokter. Profesi-profesi yang menurut istilah papa : profesi yang menjadi cita-cita sejuta umat. Tapi ada juga yang ingin jadi foto model, pembaca berita, dan pegawai bank.

Karena perginya berombongan, kami mula-mula main menjadi polisi. Semua temanku sudah memakai seragam polisi. Tapi ternyata ibu guru lupa ada tiga kurcaci di kelas kami. Aku, Gibran dan Azzam. Ketika kami diukur, tinggi kami tidak memenuhi standar yang disyaratkan Kidzania. Kami kecewa, dan Gibran yang lebih kecewa. Karena setelah penolakan tadi, Gibran ngambek tidak mau main apapun. Sepanjang acara ia hanya minta digendong mamanya.

Kemudian kami main menjadi pilot, lagi-lagi aku dan Azzam di tolak. Kali ini Azzam yang paling kecewa. Ia ngambek juga, tapi masih mau jalan sendiri. Pada saat aku ingin merasakan menjadi pembalap, aku harus membuat SIM lebih dulu. Dan pada saat membuat SIM, lagi-lagi tinggi tubuhku harus di ukur.

Kalian pasti tahu hasilnya kan? Ya aku kembali ditolak. The three musketir. Maksudku tiga kurcaci yang ditolak peraturan.

Setelah puas bermain kami akhirnya kembali pulang. Teman-temanku yang puas bermain, mendapat bonus tambahan. Mereka mendapat kue-kue, susu, es krim, minuman, dan pizza. Sedangkan kami? Harus puas dengan kekecewaan. Kami kecewa, mama-mama kami juga kecewa.

Aku juga harus memberi tahumu kawan, kalau Gibran merubah cita-citanya setelah kejadian tadi. Entahlah, dia merasa kecewa pada om penjaga, peraturan Kidzania atau dikhianati tinggi tubuhnya, ia merubah cita-citanya : Polisi, diubah menjadi ; Dokter. Sepanjang perjalanan pulang berkali-kali ditanya bu guru, “ Gibran, kalau sudah besar mau jadi apa?” . “Jadi dokter!” begitu jawabnya selalu. Begitupun ketika ditanya oleh semua orang tentang cita-citanya dia selalu menjawab: Jadi dokter!

Gibran….Plis deh, itu kan masih cita-cita sejuta umat!!!!

Tidak ada komentar: