Jumat, Februari 17, 2012

Akulah pemegang hak cipta 'menyebalkan'


Akhirnya jurnal ini kembali terisi setelah lama kosong. Bukannya apa, tapi karena penyakit sok sibuk yang menggelora.

Bulan-bulan ini rasanya begitu menggergaji. Bermula dari rencana bosku yang mau menerbitkan buku umum—setelah hampir enam tahun kami menerbitkan buku-buku mewarnai, gunting tempel, mengenal abjad dan semacamnya untuk anak-anak.

Karena selama ini penerbit yang digunakan khusus untuk buku anak-anak, maka ketika menerbitkan buku umum, maka harus dibuat penerbit baru. Nama penerbit sudah ditemukan. Maka tugas pertamaku adalah mendesain logo. Aku membuat sesimpel mungkin dengan model logofont ambigram 180 derajat. Jadi logo tersebut kalau dilihat dari atas dan bawah, sama saja. Logo langsung disetujui. Entahlah kalo menurut para lulusan dekave atau semacamnya, tapi kurasa logo yang aku buat sudah mewakili karakter penerbit yang baru itu.

Urusan logo selesai, gilliran urusan sampul buku. Aku buat beberapa alternatif. Ada yg pakai gambar WPAP penulisnya, line art gambar penulisnya, ada juga yang diisi gambar yang mewakili isi buku. Hingga akhirnya penulis dan editornya memilih satu gambar yang sebenarnya aku sendiri kurang menyukainya. Tapi ya sudahlah, dari pada gak beres-beres.

Urusan logo dan cover beres, giliran urusan layout. Dan di sinilah masalah bermula. Harusnya aku sudah menguasai software khusus untuk melayout buku. Tapi sialnya pas di install, gagal melulu. Akhirnya terpaksa memakai coreldraw, walaupun akan sangat tidak menggergaji akhirnya. Dan sial yang kedua, kemampuanku di MS Word juga sangat payah,sehingga naskah yang sudah diutak-atik dua hari, malah berantakan di coreldraw.

Deadline sudah didepan pintu. Ya udah aku tendang saja dia. Gak ding. Bosku ngomel-ngomel. Sebel sama aku.

Ya sudah kita lupakan sejenak tentang tiga paragraph di atas, Alhamdulillah, walaupun sudah sampai bulan Pebruari, masih saja ada yang memesan kalender ke aku. Lumayanlah untuk tambahan beli komik J. Ada juga pesanan buku nota, kwitansi, dan spanduk. Sesuatu banget yah?

Oya, bulan januari kemarin aku ditawari novel grafis mas Nassirun Purwokartun. Gak usah bayar dulu, nanti aku kirim, gitu kata beliau. Benar saja, tujuh buah novel grafis keren sampai ke kantorku di suatu siang yang cukup menggergaji (baca : menggergaji, ya eyalah). Empat buah seri HANYUT karyanya Yoshihiro Tatsumi. Ya semacam otobiografinya beliau, cuma dalam kisah ini, namanya diganti menjadi Hiroshi Katsumi. Menceritakan tentang lika-liku perjalannanya dalam membuat manga. Hingga mencetuskan sebuah istilah gekiga, yang kemudian menjadi genre tersendiri dalam kaidah permangaan Jepang.

Selain itu, ada lagi trilogy A Contract With God-nya Will Eisner. Buku pertama, Kontrak dengan Tuhan,menceritakan tentang Frimme Hersh, lelaki Yahudi taat yang berjanji akan hidup lurus asal Tuhan akan selalu melimpakan kebahagiaan padanya. Hingga suatu hari ia menemukan seorang bayi perempuan yang diletakkan di depan pintu rumah susun yang dia sewa. Sayang setelah dipelihara sekian lama, anak perempuan inipun meninggal, hal inilah yang membuatnya murka pada Tuhan dan memutuskan kontraknya, hingga kehidupannya berubah seratus delapan puluh derajat. Ia kemudian menggadaikan sertifikat tanah sinagog tempat dia selam ini beribadah, untuk modal menjadi pemilik kontrakan dan rentenir.

Buku kedua berjudul Daya Hidup, menceritakan tentang masa depresi Amerika sekitar 1930an. Buku ketiganya, Jalan Raya Dropsie, menceritakan sebuah jalan selama hampir empat abad penuh dengan lika-likunya di Bronx, New York. Nama jalan itu, Jalan Raya Dropsie.

Yeah, walaupun ketujuh buku tersebut cukup menghianati dapur kami, tapi gak apa-apalah. Setelah dibaca, buku itu aku masukkan kantong plastik, takut diambil Gibran untuk diwarnai. Sttt.. ada beberapa adegan dewasa di situ.

Oya ngomong-ngomong disebelin bos, mungkin aku akan menjadi juaranya. Sejak kecil, aku sudah memiliki track record (bacanya begitu) yang cukup menggergaji untuk masalah “makhluk paling menyebalkan”. Apapun yang aku lakukan, dalam pandangan orang, menyebalkan. Kalau aku dan temanku melakukan kesalahan yang sama, aku yang kena marah. Kalau temanku yang melakukan kesalahan, aku yang kena marah. Bahkan pada saat diam pun orang sebal. Coba. Bukankah itu menyebalkan level menggergaji? Sampai kinipun, aku memang juaranya. Istriku, anakku, kadang-kadang juga sebel padaku.

Kurasa memang aku harus mendaftarkan diri ke Departemen hukum dan HAM untuk menjadi orang yang paling menyebalkan di muka bumi. Seharusnya aku memegang hak cipta ‘menyebalkan’. Jadi begini, kalau kalian suatu hari nanti menjadi orang menyebalkan, maka kalian harus membayar royalty ke aku. Semakin banyak orang menyeblakan, aku semakin kaya. Tak peduli siapapun dia. Bukankah itu keren?

Aku akan sangat kaya. Dan orang akan pikir-pikir untuk menjadi menyebalkan. Tapi kurasa, rencanaku akan batal. Sebab semua sudah dibajak para anggota DPR. Mereka sudah mencuri hakku untuk menjadi “menyebalkan dan banyak uang”.

Selain menyebalkan, aku juga akan mendaftarkan untuk kategori bodoh, gak nyambung, ganteng dan narsis.

Yeach.... mumumumu....

Tidak ada komentar: