Selasa, September 08, 2015

Cinta Segi Enam



BAB I
Haji iTem
Gaes, rencananya novel ini akan ditulis sebanyak enam belas bab. Sebab kalo cuma lima bab namanya skripsi. Nanti malah revisi melulu. Dicoret-coret. Gak dibaca-baca.

Cerita ini bermula dari sebuah kalimat pada suatu hari. Pada suatu hari di sebuah desa yang sudah mulai rame dengan unsur-unsur kota, tinggallah sebuah keluarga yang asyik sekali, bahagia sekali. Keluarga Donald Trump saja kalah bahagia. Elemen sebuah keluarga terpenuhi sekali disana. Ada ayah yang tampan, ada ibu yang cantik dan ada anak-anak yang tampan dan cantik.

Ayahnya bernama Haji Tempur Supinsil. Kulitnya hitam dan ubanan. Sttt tar dulu, tadi katanya ganteng, kok jadi hitam dan ubanan? Oh, tadi cuma intro, biar kamu baca terus. Haji Tempur Supinsil dipanggil Haji Item. Itu panggilan imut kek orang Sunda. Padahal haji Item orang Jawa Barat. Perlu saya jelaskan penulisan ‘item’ yang betul menurut Pak Haji adalah ‘iTem’. Iya, iTem biar keren kek produk-produk epel, eh Apple. 

Haji iTem pengusaha  kaya raya. Bisnisnya apa saja selama itu halalan toyiban. Baginya, apapun bisa dijual. Tapi tidak semua bisa dihargai dengan uang. Itu prinsipnya. Menurut Haji iTem, jaman sekarang ini apapun bisa dijual.

Jaman Gajah Mada belum disunat, atau mungkin jaman Monas belum tinggi, angin belum bisa dijual, air tawar belum bisa dijual. Sekarang? Coba lihat dimana-mana orang bisa jual angin di tambal ban pinggir jalan, jual air tawar di bus, di kereta. Jual matahari di pantai buat orang bule, jual bintang pakai teropong di Boscha, jual es, jual jasa, jual nasihat. Kek Pak Mario Teguh. Haji iTem bisa jual itu semua. Pak Mario aja kalah. Mario Balotelli maksudnya. Kalah item.

Istrinya Haji iTem namanya Hajah Siti Lasmi. Cantik seperti bidadari lupa dandan. Kalo dandan malah jelek. Pokoknya segitu sudah pas. Gak bisa ditawar. Kek gelombang radio, naik dikit jelek, turun dikit kemresek. Profesinya guru TK. Cerewet tipikal ibu-ibu.

Haji iTem mempunyai tiga orang anak. Yang pertama namanya Langit Biru, sudah menikah, tinggal di Jepang, jarang pulang. Sebab kalo pulang nanti Jepangnya ditinggal. Pokoknya gitu, membingungkan.

Yang kedua namanya Timur Langit. Masih kelas dua SMA. Diberi nama seperti itu karena haji iTem terpesona pada raja pertama dinasti Timuryah, seorang penyebar Islam dari Asia Tengah yang bernama Timur Lenk. Timur dalam bahasa Mongol artinya Besi sedangkan Lenk artinya pincang. Karena Timur lenk pincang kakinya. Timur Lenk masih keturunan Jenghis Khan. Itu yang haji iTem baca di Wikipedia pada suatu hari. Kalau pengen tahu lebih banyak, gugling aja. Kemudian nama tersebut diadaptasi ke dalam bahasa Jawa. Timur artinya muda dan langit artinya; langit. Sebab diatas langit masih ada langit. Kalau diadaptasi kedalam bahasa Indonesia artinya dini hari, waktu paling tenang, waktu paling dekat dengan sang pencipta, waktu malaikat turun. Begitu teori haji iTem yang terhormat.

Yang ketiga namanya Sekar Langit. Masih kelas tiga SMP. Sekar Langit artinya bunga langit atau bintang. Mau diberi nama Bintang, sudah terlalu mainstream kata pak haji. Kalau ditulis inisial malah jadi BT. Gak enak dilihat. Dih emang enak gitu lihat orang bete? Kata pak haji suatu hari.

Cerita ini akan berfokus pada liku-liku hidup dan kisah cinta mereka di sekolah dan dirumah, di jalan juga, di masjid juga, di pantai juga, di indomaret juga di alfamart juga. Selamat menikmati .

***
Pagi selepas subuh, setelah ayam jago minum gegara capek teriak-teriak dari jam tiga, eh setengah tiga, dan juga ibu-ibu mulai mengerubuti tukang sayur, keluarga haji iTem sudah mulai menikmati sarapan pagi. 

Sarapan dengan menu kopi pahit dan pisang atau singkong rebus. Keluarga haji iTem adalah peminum kopi yang taat. Haji iTem lebih rajin ngopi daripada sholat Jum’at. Minum kopi bisa dua atau tiga kali sehari, sedangkan sholat jum’at cuma seminggu sekali.

Setelah mandi dan berganti pakaian dan sarapan,Timur dan Sekar berpamitan. Mereka sudah siap di sepedanya masing-masing.

“Asalamu’alaikum, berangkat dulu yah, bun” Timur dan Sekar bersalaman dengan pak haji dan bu haji.
“Hati-hati” kata haji iTem”jangan lupa baca bismillah”
“ Beres bos” kata Timur
“ Duitnya jangan lupa yah” kata Sekar” buat praktek bikin robot”
“ Nanti bunda transfer” bu haji menimpali.

Setelah mencium tangan ayah dan bundanya, mereka menelusuri jalanan kecil sebelum akhirnya ketemu jalan raya. Menuju sekolah mereka.

Tubikontinyu--- masih BAB I

Tidak ada komentar: