BAB I
Haji iTem
Gaes, rencananya novel ini akan
ditulis sebanyak enam belas bab. Sebab kalo cuma lima bab namanya skripsi.
Nanti malah revisi melulu. Dicoret-coret. Gak dibaca-baca.
Cerita ini bermula dari sebuah
kalimat pada suatu hari. Pada suatu hari di sebuah desa yang sudah mulai rame
dengan unsur-unsur kota, tinggallah sebuah keluarga yang asyik sekali, bahagia
sekali. Keluarga Donald Trump saja kalah bahagia. Elemen sebuah keluarga
terpenuhi sekali disana. Ada ayah yang tampan, ada ibu yang cantik dan ada
anak-anak yang tampan dan cantik.
Ayahnya bernama Haji Tempur
Supinsil. Kulitnya hitam dan ubanan. Sttt tar dulu, tadi katanya ganteng, kok
jadi hitam dan ubanan? Oh, tadi cuma intro, biar kamu baca terus. Haji Tempur
Supinsil dipanggil Haji Item. Itu panggilan imut kek orang Sunda. Padahal haji
Item orang Jawa Barat. Perlu saya jelaskan penulisan ‘item’ yang betul menurut
Pak Haji adalah ‘iTem’. Iya, iTem biar keren kek produk-produk epel, eh Apple.
Haji iTem pengusaha kaya raya. Bisnisnya
apa saja selama itu halalan toyiban. Baginya, apapun bisa dijual. Tapi tidak
semua bisa dihargai dengan uang. Itu prinsipnya. Menurut Haji iTem, jaman
sekarang ini apapun bisa dijual.
Jaman Gajah Mada belum disunat,
atau mungkin jaman Monas belum tinggi, angin belum bisa dijual, air tawar belum
bisa dijual. Sekarang? Coba lihat dimana-mana orang bisa jual angin di tambal
ban pinggir jalan, jual air tawar di bus, di kereta. Jual matahari di pantai
buat orang bule, jual bintang pakai teropong di Boscha, jual es, jual jasa,
jual nasihat. Kek Pak Mario Teguh. Haji iTem bisa jual itu semua. Pak Mario aja
kalah. Mario Balotelli maksudnya. Kalah item.
Istrinya Haji iTem namanya Hajah Siti
Lasmi. Cantik seperti bidadari lupa dandan. Kalo dandan malah jelek. Pokoknya segitu
sudah pas. Gak bisa ditawar. Kek gelombang radio, naik dikit jelek, turun dikit
kemresek. Profesinya guru TK. Cerewet tipikal ibu-ibu.
Haji iTem mempunyai tiga orang
anak. Yang pertama namanya Langit Biru, sudah menikah, tinggal di Jepang,
jarang pulang. Sebab kalo pulang nanti Jepangnya ditinggal. Pokoknya gitu,
membingungkan.
Yang kedua namanya Timur Langit. Masih
kelas dua SMA. Diberi nama seperti itu karena haji iTem terpesona pada raja
pertama dinasti Timuryah, seorang penyebar Islam dari Asia Tengah yang bernama
Timur Lenk. Timur dalam bahasa Mongol artinya Besi sedangkan Lenk artinya
pincang. Karena Timur lenk pincang kakinya. Timur Lenk masih keturunan Jenghis
Khan. Itu yang haji iTem baca di Wikipedia pada suatu hari. Kalau pengen tahu
lebih banyak, gugling aja. Kemudian nama tersebut diadaptasi ke dalam bahasa
Jawa. Timur artinya muda dan langit artinya; langit. Sebab diatas langit masih
ada langit. Kalau diadaptasi kedalam bahasa Indonesia artinya dini hari, waktu
paling tenang, waktu paling dekat dengan sang pencipta, waktu malaikat turun. Begitu
teori haji iTem yang terhormat.
Yang ketiga namanya Sekar Langit.
Masih kelas tiga SMP. Sekar Langit artinya bunga langit atau bintang. Mau
diberi nama Bintang, sudah terlalu mainstream kata pak haji. Kalau ditulis
inisial malah jadi BT. Gak enak dilihat. Dih emang enak gitu lihat orang bete?
Kata pak haji suatu hari.
Cerita ini akan berfokus pada liku-liku hidup dan kisah cinta mereka di sekolah dan dirumah, di jalan juga, di masjid juga, di pantai juga, di indomaret juga di alfamart juga. Selamat menikmati .
***
Pagi selepas subuh, setelah ayam jago minum gegara capek
teriak-teriak dari jam tiga, eh setengah tiga, dan juga ibu-ibu mulai mengerubuti
tukang sayur, keluarga haji iTem sudah mulai menikmati sarapan pagi.
Sarapan
dengan menu kopi pahit dan pisang atau singkong rebus. Keluarga haji iTem
adalah peminum kopi yang taat. Haji iTem lebih rajin ngopi daripada sholat
Jum’at. Minum kopi bisa dua atau tiga kali sehari, sedangkan sholat jum’at cuma
seminggu sekali.
Setelah mandi dan berganti pakaian dan sarapan,Timur dan
Sekar berpamitan. Mereka sudah siap di sepedanya masing-masing.
“Asalamu’alaikum, berangkat dulu yah, bun” Timur dan Sekar
bersalaman dengan pak haji dan bu haji.
“Hati-hati” kata haji iTem”jangan lupa baca bismillah”
“ Beres bos” kata Timur
“ Beres bos” kata Timur
“ Duitnya jangan lupa yah” kata Sekar” buat praktek bikin
robot”
“ Nanti bunda transfer” bu haji menimpali.
Setelah mencium tangan ayah dan bundanya, mereka menelusuri
jalanan kecil sebelum akhirnya ketemu jalan raya. Menuju sekolah mereka.
Tubikontinyu--- masih BAB I
Tidak ada komentar:
Posting Komentar