Rabu, September 07, 2011

Lebaran yang hangat....

Fiuh, akhirnya nyampe juga ke Tangerang, setelah hamper dua puluh empat jam di kendaraan. Gak terlalu lama sih, tapi untuk ukuran perjalanan yang biasanya bisa ditempuh dalam waktu delapan jam, sungguh-sungguh lebay sangat.

Ceritanya aku mudik pas hari selasa setelah lebaran (apa malam lebaran?) yang jelas aku sudah sholat ied lebih dulu walaupun malam sebelumnya, pemerintah masih bingung. Dan berjuta ibu-ibu di Indonesia merasa kecewa, sudah capek-capek masak, lebaran ditunda. Sebuah lebaran yang penuh kehangatan. Maksudku, penuh masakan yang diangetin. :)

Aku kira penumpang bus tidak serame ini, ternyata bus sudah hampir penuh juga. Aku, anak dan istri kebagian di jok paling belakang. Busnya gak ber-AC, tapi ya sudahlah, yang penting bisa sampai tujuan dengan selamat. Anakku belum pup dari semalam, tapi sepanjang jalan mulutnya gak bisa diam. Ngemil terus. Sambil gak berhenti bercerita apa saja. Ia sempet menyesal juga waktu di dalam bus. Dia bilang seharusnya dia gak usah ikut. Lagi enak main, katanya. Maklum lebaran kayak gini, sepupunya pasti pada datang ke rumah neneknya dan kumpul-kumpul. Aku sempet khawatir kalau-kalau dia kebelet pup. Tahu sendirilah naik bus umum gak bisa berhenti sesuka hati kita.

Perjalanan Tangerang-Pekalongan berlangsung mulus. Lancar sulancar. Jalanan sepi. Hanya satu dua kendaraan pribadi dan rombongan takbir keliling yang mau lebaran ikut pemerintah. Bus gak ngebut, tapi lumayanlah jadi gak panas. Capek makan, anakku tertidur pulas. Aku masih khawatir kalo dia pengen pup.

Sampe di Wiradesa—kota kecil sebelum Pekalongan, jam setengah satu pagi. Bus yang akan membawa kami ke atas (kampungku di gunung), baru ada jam dua pagi. Yah…. Alamat menunggu. Anakku bangun. Aku kira bakalan ngambek, tapi Alhamdulillah malah ceria. Sambil lari-larian di trotoar. Tas dan bawaan kami, kami taruh di dekat pos polisi. Banyak sekali tukang ojek dan tukang becak menawarkan diri untuk mengantar kami. Pasti mereka belum tahu rasanya ngegowes becak naik gunung . Bisa berak-berak tujuh turunan. Yaudahlah, aku tolak mereka dengan halus. Di depan pos polisi, ada tiga polantas yang terkantuk-kantuk. Ketika aku lirik mereka, salah satu dari mereka bertanya sambil nyolot. Yaelah, bos, biasa aja kaleee. Satu point lagi kutambahkan untuk kebencianku pada polisi yg belagu.

Jam dua pagi, bus datang, tapi kemudian ngetem lama banget. Jam setengah empat , bus baru mulai bergerak naik. Jalanan masih gelap. Mula-mula melewati hutan karet, hutan damar , hutan pinus, kebun cengkih, perkampungan, kebun teh, perkampungan lagi, begitu terus selang-seling. Takbiran masih terdengar dari masjid-masjid di perkampungan yang aku lewati.

Jam lima lewat, aku sampai dirumah orang tuaku. Hawa dingin mulai terasa. Suhu pagi-pagi bisa mencapai 16 derajat celcius. Malahan pernah turun drastis sampe 12 derajat celcius. Kebayang kan gimana dinginnya kampungku? Mo mandi rasanya males banget. Air pancuran serasa air kulkas. Yaudahdeh, aku mandinya nunggu siang aja. Anak & istriku langsung tidur begitu selesai bersalam-salaman. Sedangkan aku, sebenernya pengen tidur juga tapi gak bisa merem.

Besokannya, kita ke pasar, anakku pengen banget naik becak. Yaudah, akhirnya kita naik becak bertiga, eh berempat deng, aku, istriku, anakku plus abang becaknya. Hapeku udah mati dari kemarin. Maklum, gak bawa cerjer sama lupa didaftarin gogo. Oya merek hapeku Esiah Unaisah Sumarah. Bikinannya om Bakrie. Pengen telpon temenku yang udah kasih nomernya waktu ceting di fb. Nanti langsung datang aja. Temenku ini pemain band. Gondrong dan keren. Sehabis belanja-belanja, aku mampir ke sana. Ngobrol panjang lebar lalu pulang. Naik becak lagi.

Selama lima hari di kampung, praktis aku hanya mendekam di rumah saja. Ingin selalu dekat dengan ibuku. Paling-paling ngelayanin anakku main bola. Atau bermain bersama ponakanku yang baru berumur sebulan. Kemudian makan nasi jagung (hampir sepuluh tahun lidahku gak merasakannya) plus sambal, pete, dan ikan asin. Sedap,sedap,sedap.

Yaudahlah segitu aja ceritaku, mana ceritamu?

Tidak ada komentar: